Allister Pakai Nomor 10, Berikut Balada Nasib Pengguna Nomor 10 di Liverpool

Liverpool mulai berbenah. Klub yang bermarkas di Anfield itu mendatangkan Alexis Mac Allister dengan mahar 42 juta euro atau setara Rp672 miliar. Sang gelandang direkrut setelah menampilkan performa menawan bersama Brighton serta membantu tim nasional Argentina menjuarai Piala Dunia 2022.

Bergabung bersama armada Jurgen Klopp, Mac Allister ingin memuaskan ambisinya untuk memenangkan lebih banyak piala. Niat baik itu disambut baik oleh The Reds. Klub bahkan memberikan nomor punggung 10 peninggalan Sadio Mane agar kesuksesan sang mantan mengalir ke diri Mac Allister.

Meski begitu, nyatanya nomor punggung 10 Liverpool tak selalu melambangkan kesuksesan bagi sang pemilik. Bahkan ada yang gagal dan namanya hampir terlupakan. Nah, berikut ini daftar pemain yang mengenakan nomor punggung 10 dan bagaimana nasibnya selama bermain di Anfield.

Andriy Voronin

Nama pertama yang mewarisi nomor punggung 10 di Liverpool adalah Andriy Voronin. Striker asal Ukraina itu didatangkan The Reds pada tahun 2007 dari salah satu klub Bundesliga, Bayer Leverkusen. Ya, meski lahir di Ukraina, Voronin lebih akrab dengan persepakbolaan Jerman ketimbang di negara asalnya.

Penyerang yang identik dengan rambut kuncir kudanya ini didatangkan karena performanya yang cukup baik bersama Leverkusen. Voronin bahkan konsisten mencetak dua digit gol di Bundesliga dalam dua musim. Ia didatangkan dengan maksud untuk mengisi ruang yang ditinggalkan oleh Robbie Fowler dan Djibril Cisse yang memilih untuk berpisah dengan The Reds di musim yang sama.

Sayangnya, Voronin datang bersamaan dengan Fernando Torres yang kala itu langsung memberikan gebrakan di musim perdananya. Voronin jelas kalah saing dengan striker yang kala itu masih berusia 23 tahun. Ia hanya mencatatkan 19 pertandingan dengan mencetak lima gol saja. Jumlah itu terpaut sangat jauh dengan torehan gol Torres yang mencapai 24 gol musim 2007/08. 

Voronin tak jadi pilihan utama Rafael Benitez saat itu. Setelah menjalani musim yang buruk, ia dipinjamkan ke Hertha Berlin. Disana ia berhasil mencatatkan 11 gol. Tapi ketika ditarik pulang, hasilnya tetap sama. Voronin tak mampu melanjutkan performa baiknya di Anfield. Akhirnya ia pun dilepas ke Dynamo Moscow tahun 2010.

Joe Cole 

Pemain selanjutnya adalah Joe Cole. Gelandang yang sukses meraih tiga gelar Liga Inggris bersama Chelsea ini membelot ke Liverpool pada tahun 2010. Karena selama hidupnya di London ia mengenakan nomor punggung 10, Liverpool pun dengan senang hati memberikan nomor tersebut kepada Cole.

Bernasib sama dengan Andriy Voronin, masa-masa Joe Cole di Liverpool justru tak berjalan baik. Ia jadi salah satu proyek gagal Roy Hodgson saat itu. Cole bahkan jarang jadi pilihan utama di skuad The Reds sepanjang musim 2010/11. Ia hanya memainkan 20 pertandingan di Liga Inggris dan hampir semuanya dimulai sebagai pemain cadangan. 

Dirasa sudah tak ada tempat lagi, Joe Cole pun dipinjamkan ke Lille semusim kemudian. Di Ligue 1 ia kembali jadi pilihan utama sehingga mendapat menit bermain yang cukup. Setelah masa peminjaman berakhir, Liverpool ingin memberikan kesempatan kedua baginya. Sayang, kesempatan kedua tak dimanfaatkan dengan baik oleh Cole. Ia pun hengkang ke West Ham pada tahun 2013.

Luis Garcia 

Luis Garcia juga jadi pemain yang mengenakan jersey bernomor punggung 10 di Liverpool. Menariknya, beda dengan Joe Cole yang sudah terbiasa mengenakan nomor punggung 10 malah gagal, Garcia yang baru pertama kali mengenakan nomor secantik itu justru memberikan kesan positif pada publik Anfield.

Bergabung dari Barcelona pada tahun 2004, Luis Garcia langsung jadi andalan lini depan The Reds. Ia bahkan langsung membantu timnya menjuarai Liga Champions pada musim 2004/05. Itu jadi gelar yang bersejarah karena didapat melalui pertarungan yang dramatis melawan AC Milan. Bahkan, pertandingan itu memiliki julukannya sendiri, yakni “Miracle of Istanbul”.

Meski tidak ikut dalam tendangan penalti, Garcia merupakan orang yang berperan penting dalam membawa The Reds ke partai puncak Liga Champions 2004/05 berkat gol ‘hantu’ miliknya. Selama tiga musim bermain di Liverpool, Garcia telah membangun reputasi sebagai idola baru bagi publik Anfield. Mencatatkan 120 penampilan dan memenangkan beberapa gelar bergengsi.

Philippe Coutinho 

Selanjutnya ada Philippe Coutinho. Didatangkan dari Inter Milan tahun 2013, ia langsung mengenakan jersey bernomor punggung 10 yang tak bertuan selama hampir tiga musim lamanya. Meski masih berusia 20 tahun kala itu, mengenakan nomor cantik tak menjadi beban baginya. Coutinho tampil cemerlang bersama Liverpool.

Rumput Anfield bagai lantai dansa baginya. Dengan gaya bermain khas pemain Brazil, Coutinho membangun reputasi sebagai salah satu gelandang serang terbaik yang pernah dimiliki oleh Liverpool. Ia bahkan sempat dipercaya jadi kapten kedua Liverpool di bawah Jordan Henderson.

Tak butuh waktu lama bagi Coutinho untuk menjadi ikon Liverpool. Tendangan pisang, kemampuan umpan, skill olah bola hingga akurasi dalam mencetak gol melalui tendangan bebas kerap dipertontonkan olehnya. Sayangnya, The Little Magician, begitu fans menyebutnya tak pernah menghadirkan satu pun trofi selama lima tahun bersama The Reds.

Michael Owen 

Jika membicarakan pemain nomor 10 Liverpool, kurang afdol jika tak menyebut nama Michael Owen. Berbeda dari pemain-pemain lain di daftar ini, Owen merupakan talenta lokal hasil binaan akademi Liverpool. Pemain berkebangsaan Inggris ini tercatat sudah menembus skuad utama pada tahun 1997.

Meski sangat identik dengan nomor punggung 10 baik di level klub maupun tim nasional, awal kemunculan Owen di Anfield belum menggunakan nomor tersebut. Ia sempat menjajal 18 terlebih dahulu sebelum akhirnya mendapat kehormatan untuk mengenakan nomor punggung 10 pada tahun 1998.

Michael Owen barangkali jadi pemain bernomor punggung 10 tersukses secara individu. Mantan punggawa Manchester United ini memang tak pernah memenangkan trofi Liga Inggris bersama Liverpool. Tapi ia pernah meraih trofi Ballon d’Or pada tahun 2001. Itu jadi prestasi yang luar biasa untuk pemain asal Inggris yang masih berusia 22 tahun saat itu.

Mantan punggawa Timnas Inggris itu berseragam Liverpool hingga tahun 2004 dengan mengemas 297 penampilan dan mencetak 158 gol sebelum akhirnya hengkang ke Real Madrid. Owen selalu dikenang sebagai seorang legenda oleh fans Liverpool.

Sadio Mane

Sadio Mane jadi pemain terakhir yang mengenakan nomor punggung 10 di Liverpool. Bersama Mohamed Salah dan Virgil Van Dijk. Mane jadi salah satu transfer tersukses selama masa jabatan Jurgen Klopp di Liverpool. Didatangkan dari Southampton pada tahun 2016, Mane dengan cepat menjelma jadi mesin penggedor pintu pertahanan lawan.

Namun di dua musim awal bersama Liverpool, Mane masih mengenakan nomor punggung 19. Lantaran nomor punggung 10 masih dikenakan oleh Philippe Coutinho. Barulah ketika Coutinho bergabung dengan Barcelona pada tahun 2008, nomor 10 diwariskan ke Sadio Mane.

Layaknya terlahir untuk mengenakan nomor 10, performa Mane setelah mengenakan nomor punggung itu kian melonjak. Ia membangun koneksi yang luar biasa dengan Roberto Firmino dan Mo Salah. Mane membantu Liverpool memenangkan segalanya. Ia bahkan menghadirkan trofi Liga Inggris musim 2019/20 ke Anfield untuk pertama kalinya sejak 30 tahun silam.

Sumber: Planet Football, Liverpool Echo, Liverpool, Goal, Transfermarkt

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *