Bernardo Silva Buktikan Benfica Salah Membuangnya!

“Dia ingin berhenti bermain untuk Benfica. Dia ingin menghentikan impiannya,” kenang Joao Tralhao seperti dikutip Sky Sports. Tralhao adalah pelatih akademi Benfica, tempat Bernardo Silva menimba ilmu sepak bola. Ia terlibat dalam pembentukan sang pemain selama bermain di akademi Benfica.

Tralhao mengingat Bernardo Silva pemuda yang tak mudah menyerah. Pemuda yang saat itu masih berusia 15 tahun berusaha untuk masuk ke skuad Benfica. Namun, ia justru frustrasi karena hampir tak pernah mendapat kesempatan untuk membela Benfica.

Ia pun memutuskan pergi. Kepergiannya ini justru membukakan jalan untuknya menjadi pemain hebat. Hari ini, bersama Josep Guardiola, Bernardo Silva menjelma menjadi salah satu sekrup penting di Manchester City.

Bernardo berhasil membuktikan bahwa Benfica salah membuangnya. Bagaimana kisah Bernardo Silva yang akhirnya menunjukkan bahwa Benfica seharusnya tidak membuangnya?

Menimba Ilmu di Benfica

Bernardo Silva memulai kariernya di salah satu akademi paling terkemuka di Portugal, akademi Benfica. Lokasinya di Seixal, pinggiran Kota Lisbon, Portugal. Ia masuk ke sana kira-kira ketika usianya tujuh tahun dan berjuang mencari peruntungan untuk masuk ke skuad Benfica, minimal melalui skuad muda terlebih dahulu.

Bernardo senang sekali bisa bermain untuk Benfica, klub kesayangannya. Benfica adalah klub favorit Bernardo yang ia dukung sejak kecil. Ia merelakan segalanya demi bisa bergabung dengan Benfica.

Akan tetapi, selama bergabung dengan tim muda Benfica pada 2007, Bernardo kurang mendapat menit bermain. Padahal saat masih belia, Bernardo memiliki kejeniusan. Tidak mendapat menit bermain hampir membuatnya patah hati. Namun, seorang pemain legenda yang juga bekerja di Benfica, Fernando Chalana menyemangatinya.

Chalana bilang ke Bernardo, ia tidak semestinya bersedih. Kurangnya menit bermain tidak lantas membuat dunianya kiamat. Suntikan semangat dari Chalana membekas di pikiran dan sanubari Bernardo. Berkat itu, ia masih bertahan di akademi Benfica.

Masalah Postur Tubuh

Masuk ke akademi sepak bola, di mana pun tempatnya, adalah pertaruhan. Siapa yang gagal, ia akan disepelekan, dihina, dan pada akhirnya ditendang. Bernardo sudah mulai merasakan tanda-tanda itu ketika memutuskan bergabung ke akademi Benfica.

Kendati awalnya sangat sulit bersaing di tim junior, Bernardo bisa meningkat ke tim U15, U17, dan U19. Ia juga masuk ke Benfica B. Tepat di sinilah perjuangan keras Bernardo nyaris terasa sia-sia. Bernardo mesti bersaing dengan orang-orang yang lebih dulu menonjol di tim muda Benfica, seperti Rony Lopes, Joao Teixeira, juga Guilherme Matos.

Bernardo berjuang untuk mendapat tempat di skuad utama. Tapi perjuangannya itu dimentahkan oleh pelatih Benfica kala itu, Jorge Jesus. Bernardo dianggap tidak memiliki postur tubuh yang ideal. Ia dianggap kecil karena hanya memiliki tinggi 173 centimeter.

Tidak hanya tinggi badannya yang dipersoalkan. Juga tubuhnya waktu itu terbilang kurus. Bernardo harus mengubah bentuk badannya agar kariernya naik ke level yang lebih tinggi. Jorge Jesus menganggap bahwa Bernardo tidak layak untuk bermain di Benfica. Bernardo, menurut Jesus, hanya pemain Benfica B.

Jadi Cadangan dan Pemungut Bola

Alhasil Bernardo Silva lebih sering menghuni bangku cadangan, sekalipun sudah berstatus sebagai pemain Benfica pada 2014. Usianya ketika itu sekitar 17 tahun. Ketekunannya selama kurang lebih sepuluh tahun tidak ada artinya lagi. Tapi pada saat itu, Bernardo masih belum mau menyerah. Ia masih yakin, Jorge Jesus suatu saat akan meliriknya.

Namun, yang terjadi, alih-alih bermain, Bernardo justru lebih banyak menjadi pemungut bola. Ia sering mengambil pekerjaan itu. Mungkin daripada tidak ada yang dikerjakan, jadi ia melakukannya. Lagi pula sang pelatih sering tidak memanggilnya untuk sebuah pertandingan.

Ia tetap ditempatkan di Benfica B oleh sang pelatih. Namun, suatu ketika kesempatan itu datang. Peluang untuk Bernardo membuktikan diri akhirnya terwujud. Jorge Jesus memainkannya pada musim 2013/14 saat pertandingan melawan Porto. Ia masuk pada menit ke-82. Tapi itu tidak mengubah pandangan pelatih padanya.

Ditempatkan di Posisi yang Tidak Ia Sukai

Laga melawan Porto adalah satu-satunya pertandingan liga yang ia lakoni. Dua pertandingan sisanya selama di tim utama Benfica adalah pertandingan pramusim. Pada 2019, Bernardo Silva bercerita kepada media El Pais, bahwa selama di Benfica ia ditaruh di posisi bek kiri. Posisi yang sejatinya tidak ia sukai.

Bernardo bercerita, pelatih Benfica menempatkannya di posisi bek kiri selama laga pramusim atau laga persahabatan. Posisi itu awalnya tak disukai Bernardo dan tak sesuai niatnya untuk bertahan di tim utama.

“Pelatih tidak mengandalkan saya dan menempatkan saya di bek kiri,” kata Bernardo Silva dikutip 90Min.

Melalui wawancaranya itu, Bernardo mengatakan, pelatihnya ingin ia kembali saja ke Benfica B dan di sana setahun lagi. Itu artinya, ia harus menunda cita-citanya untuk membela tim utama. Padahal, menurutnya, di Benfica B ia sudah cukup. Bernardo sudah mencatatkan 38 kaps dan mencetak tujuh gol serta tujuh asis.

Di titik itulah ia frustrasi. Bernardo akhirnya hengkang ke AS Monaco dengan loan transfer. Ia kemudian berkembang di sana, terutama setelah dipermanenkan klub asal Monako tersebut dengan banderol 15,75 juta euro atau Rp255 miliar kurs sekarang.

Dibeli Manchester City

Bernardo berkembang pesat selama berseragam AS Monaco. Total ia sudah membukukan 147 kaps dan mencetak setidaknya 28 gol serta 19 asis selama membela Les Rouge et Blanc. Ia pun dilirik oleh manajer Manchester City, Josep Guardiola. Pada musim 2017/18, Bernardo melancong ke Etihad.

City menebus sang pemain dengan harga yang lumayan tinggi, 50 juta euro (Rp809 miliar). Harga itu dinilai sepadan karena selama dilatih Leonardo Jardim di AS Monaco, Bernardo memperlihatkan perkembangan yang pesat. Sayangnya, setelah merapat ke City, tidak mudah bagi Bernardo untuk bersaing.

Apalagi waktu itu, The Citizen masih dipenuhi pemain bintang, seperti David Silva, Raheem Sterling, Sergio Aguero, sampai Samir Nasri. Musim pertamanya, Bernardo keluar-masuk dari skuad Guardiola. Kendati begitu, Guardiola terkesan setiap kali memainkan Bernardo Silva.

Mengantongi Banyak Trofi

Sejak pertama kali dibeli, Guardiola sama sekali tidak pernah mempermasalahkan tinggi dan postur tubuh Bernardo. Ya, itu wajar karena Guardiola terbiasa dengan pemain bertubuh mungil. Guardiola bahkan bisa memolesnya menjadi pemain pilih tanding. Musim pertamanya, Bernardo sudah meraih trofi Liga Inggris.

Berganti musim, Bernardo kian berkembang di tangan Guardiola. Oleh sang pelatih, ia coba menambal ruang yang ditinggalkan David Silva pada 2020. Musim keduanya, Bernardo makin matang. Keajaiban di AS Monaco ia tunjukkan lagi di City. Bernardo memiliki dribel luar biasa, umpan terobosan yang akurat, dan mampu menciptakan gol dari luar kotak penalti.

https://www.youtube.com/watch?v=61ptAKQ7fPU

Tak ayal, Bernardo bisa mengumpulkan banyak trofi di Manchester City. Salah satunya trofi Liga Inggris yang sudah didapatkannya empat kali sejauh ini. Tidak seperti saat di Benfica, Bernardo justru mendapat pujian oleh Guardiola. Mantan pelatih Bayern Munchen itu mengatakan, Bernardo adalah salah satu pemain terbaik yang pernah ia latih, selain Lionel Messi.

Sindiran Jorge Jesus

Pada 2020, ketika sudah berseragam City, Benfica mengalami gejolak pergantian presiden. Bernardo memuji Luis Filipe Vieira, sang petahana, tapi sekaligus mengkritiknya. Pemain City itu menyebut, presiden lama kurang berambisi. Saat itulah, Jorge Jesus, mantan pelatihnya di Benfica menyindir pemain Portugal tersebut.

Jesus mengatakan, Bernardo tidak tahu berterima kasih. Padahal di era Luis Filipe Vieira, Bernardo masuk akademi Benfica dan menjadi seperti sekarang. Bernardo dulu di Benfica dianggap pengacau oleh Jorge Jesus. Padahal Bernardo sendiri yang jarang dimainkan dan diremehkan. Tapi Jesus tetap menyindir Bernardo. 

“Presiden klub membantunya tumbuh, dan bisa pergi ke klub yang lebih baik. Tapi sekarang dia (Bernardo Silva) malah begitu? Sangat tidak berterima kasih,” kata Jorge Jesus dikutip Goal.

Apa pun itu, Benfica bisa jadi menyesal membuang Bernardo Silva. Selama memperkuat Manchester City, ia membuktikan bahwa talenta, kualitas, dan kemampuan dalam bermain sepak bola, tidak ada kaitannya sama sekali dengan bentuk tubuh.

Sumber: TheGuardian, Goal, BR, 90Min, SkySports, Tribun, Goal2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *