Bobrok Luar-Dalam, Sevilla Kenapa?

Terimakasih Manchester United. Itulah yang diucapkan Sevilla ketika berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 berkat dua bunuh diri pemain MU di laga perempat final Europa League. Karena bagaimanapun Sevilla saat ini sedang terpuruk baik secara performa di lapangan maupun kondisi internal.

Banyak yang menduga bahwa terpuruknya Sevilla ini hanya karena salah strategi, performa pemain loyo, para pemain cedera, atau bahkan ada yang menganggap hanya apes belaka. Namun tak hanya sampai di situ, ternyata kalau ditelusuri dari beberapa tahun ke belakang ada faktor-faktor yang menjadi sangat berpengaruh.

Perseteruan Antara Faksi Berpengaruh Di Tubuh Sevilla

Ya, itu adalah kondisi internal klub. Hal ini menyangkut masalah kepemilikan Sevilla. Faktor internal yang semrawut dari Los Nervionenses menurut The Athletic sebagai salah satu sumber penyebab dari merosotnya Sevilla musim ini.

Perseteruan antara dua faksi di dalam tubuh tampuk pimpinan Sevilla ternyata dapat memperkeruh suasana. Ceritanya ada dua faksi di Sevilla. Yang satu adalah faksi presiden mereka yang sekarang, yakni Jose Castro Carmona dan satunya lagi faksi mantan presiden mereka, Jose Maria Del Nido.

Perseteruan itu berawal dari rapat umum pemegang saham yang diselenggarakan akhir tahun 2022 yang lalu. Mereka bersitegang di rapat, sampai-sampai pihak keamanan kewalahan menanganinya.

Usut punya usut, Del Nido ini mengkritik semua kebijakan dari Castro guna untuk menarik simpati agar terpilih kembali sebagai presiden Sevilla. Maklum, ia ingin bernostalgia ketika meraih kesuksesan kala memimpin Sevilla dari tahun 2002 hingga 2013 silam.

FYI aja, Del Nido ini di tahun 2013 keluar dari Sevilla karena dipenjara akibat kasus penyalahgunaan dana publik. Sejak itulah Castro yang bukan dari kerabat Del Nido mengambil alih pucuk pimpinan Sevilla. Del Nido pun menuduh Castro sengaja menyingkirkannya lewat kasus penyalahgunaan tersebut.

Intinya, setelah Del Nido pada tahun 2017 keluar dari penjara, ia sangat dendam pada Castro. Ia berupaya melakukan cara-cara licik untuk menghancurkan Castro. Maka dari itu kondisi Sevilla secara internal keruh akibat dua faksi yang saling jegal itu.

Sevilla Merugi

Sampai akhirnya hal itu berakibat pada suramnya kondisi keuangan mereka. Pada saat rapat umum pemegang saham, Direktur Jenderal Sevilla, Jose Maria Cruz mengumumkan hasil keuangan Sevilla musim 2021/22.

Hasilnya mengenaskan, Los Nervionenses menderita kerugian sebesar 24,8 juta euro. Sebuah kerugian yang termasuk besar bagi klub sekelas Sevilla. Dua orang yang bertengkar itu pun seketika terdiam mendengar berita kerugian tersebut. Mereka seakan menghindar dan tak mau disalahkan akibat kerugian itu.

Kerugian tersebut berasal dari imbas pandemi covid, serta pemulihannya yang kurang berjalan mulus akibat pertengkaran internal itu.

Kebijakan Klub Lewat Monchi yang Dipertanyakan

Kisruhnya pertengkaran internal Sevilla itu akhirnya malah menular sampai ke Monchi. Seorang direktur teknik Sevilla yang terkenal sebagai rahasia sukses Sevilla dari segi kebijakan transfer.

Monchi yang ditunjuk kembali Sevilla pada periode keduanya April 2019 ini, membuat beberapa arah kebijakan klub yang tak seperti dulu lagi. Maklum kebijakannya sudah kadung dikenal sukses ketika menjadi direktur teknik Sevilla pada periode pertamanya dari tahun 2000 hingga 2017.

Kita tahu ciri khas kebijakan transfer Monchi sejak periode pertamanya yakni membeli pemain dengan harga murah dan menjualnya dengan harga mahal. Seperti halnya dengan kasus Dani Alves, Ivan Rakitic, hingga Carlos Bacca. Tapi di periode keduanya setelah dari AS Roma, kebijakan yang khas dari Monchi itu seperti hilang entah ke mana.

Di musim 2020/21, ia hanya menambah para pemain yang tergolong hampir menuju usia senja seperti Papu Gomez, Erik Lamela, Thomas Delaney, maupun membawa Rakitic kembali dari Barca. Hasilnya tak begitu berhasil, Sevilla justru dihadapkan pada menumpuknya para pemain uzur, gaji yang lumayan tinggi, serta tak punya nilai jual kembali yang tinggi.

Apalagi di musim 2021/22, ketika kondisi internal yang semrawut serta kerugian besar yang melanda, Monchi terpaksa harus menjual pilar bek Sevilla seperti Jules Kounde maupun Diego Carlos. Ditambah pembelian gagal musim ini dari seorang Isco. Pemain gratisan dari Real Madrid yang gajinya cukup tinggi namun hanya bertahan enam bulan di Ramon Sanchez Pizjuan.

Terpuruk Musim 2022/23

Dari kebijakan klub tersebut, memang hasilnya di lapangan tak serta-merta langsung terpuruk. Masih ingat ketika di musim lalu bersama pelatih Julen Lopetegui, Sevilla bersama Real Madrid sempat kejar-kejaran di posisi 1 dan 2 La Liga? Ya, meskipun di akhir musim mereka harus rela dilangkahi Barcelona dan Atletico Madrid dan hanya finis di posisi ke-4.

Namun apa jadinya di musim 2022/23 ini? Mereka terbukti hancur lebur. Inilah akumulasi yang terjadi akibat beberapa permasalahan pelik yang diderita Sevilla selama beberapa tahun terakhir ini. Permainan mereka menurun di bawah Lopetegui di awal musim sehingga hampir menyentuh zona degradasi.

Sebagai evaluasi, Lopetegui pun dipecat pada Oktober 2022 setelah hanya meraih satu kemenangan dari sepuluh laga. Penggantinya seorang Jorge Sampaoli pun dianggap belum mampu mengentaskan Sevilla dari keterpurukan.

Alhasil Sevilla pada Maret 2023 pun terpaksa kembali mengganti pelatih. Jose Luis Mendilibar dipilih sebagai pelatih interim menggantikan Sampaoli hingga akhir musim, sebelum nantinya menunjuk pelatih baru pada musim panas nanti.

Hindari Degradasi

Bagaimana hasilnya bersama Mendilibar? Apa yang bisa diharapkan dari seorang pelatih bekas klub macam Eibar, Valladolid, Osasuna, maupun Levante ini? Ya, menghindari degradasi adalah jawaban dan tujuan utama.

Dari tiga laga yang ia jalani, sementara hasilnya masih positif. Ia belum terkalahkan, termasuk keberuntungan ketika menahan imbang 2-2 MU di perempat final Europa league. Namun kalau dari segi permainan masih jauh dari kata meningkat.

Kini Sevilla masih mencari bentuk transisi yang cocok. Mereka seharusnya bermain aman terlebih dahulu dengan mengumpulkan poin sebanyak mungkin di sisa musim ini untuk mendapatkan finish terbaik. Syukur-syukur mereka bisa beruntung di Europa League yang notabene menjadi DNA mereka.

Dari keterpurukan Sevilla ini harusnya disadari oleh semua pihak sebagai pembelajaran sebelum semuanya terlambat. Terutama dari dua pihak yang sedang berseteru di internal klub. Kalau tidak segera stabil kondisinya, bisa-bisa sih di akhir musim nanti Sevilla benar-benar terdegradasi.

Sumber Referensi : theathletic, laligaexpert, theathletic

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *