Bukan Salah Tuchel, Bayern Munchen Memang Klub Sakit

Munchen oh Munchen, keperkasaanmu kini meredup setelah gonjang-ganjing pergantian pelatih terjadi. Penunjukan Thomas Tuchel malah menjadikan performa The Bavarians ancur-ancuran. Beberapa gelar di depan mata seketika melayang. Kini semua kesalahan tertuju pada Tuchel.

Namun apakah ini semua salah Tuchel? Tidak fair jika keterpurukan Munchen ini hanya dialamatkan padanya. Wong kedatangannya juga dadakan seperti tahu bulat. Laga yang dimainkan juga belum banyak. Masih butuh adaptasi lebih jauh lagi untuk perlahan menyatukan tim ini. Lalu siapa dong yang lebih layak dijadikan biang kerok dari semua kekacauan di Allianz Arena ini?

Direktur Olahraga dan Perannya di Munchen

Peran manajemen klub Bayern Munchen selama ini menjadi salah satu variabel yang penting bagi perjalanan klub, terutama peran direktur olahraga. Di Jerman, peran direktur olahraga sama krusialnya dengan seorang pelatih.

Mendatangkan pemain, menjual pemain, menambah kontrak pemain, serta memiliki tanggung jawab menanamkan filosofi klub merupakan beberapa tugas besar yang diemban seorang direktur olahraga.

Seperti contoh, ketika kesuksesan Ralf Rangnick membangun Leipzig dan Salzburg. Begitupun Michael Zorc di Dortmund. Di Munchen pun serupa. Setelah menunjuk seorang Matthias Sammer dari tahun 2012 hingga 2016, mereka menunjuk mantan pemainnya Hasan Salihamidzic sebagai direktur olahraga yang baru pada tahun 2017.

Efek Penunjukan Hasan Salihamidzic Sebagai Direktur Olahraga

Dikenal dengan sapaan “Brazzo”, ia awalnya dianggap mantan CEO klub waktu itu Karl-Heinz Rummenigge, dan mantan presiden klub Uli Hoeness, sebagai seorang yang tepat menangani aspek olahraga Munchen.

Selain jago dalam aspek komunikasi karena menguasai lima bahasa, Brazzo dianggap bukan orang asing karena merupakan bekas pemain Munchen. Artinya, ia sudah lama tahu seluk-beluk klub ini.

Kehadiran Brazzo di Munchen pun langsung memberi efek kejut ketika ia berani memecat Carlo Ancelotti pada 2017. Cara pandang Ancelotti dalam membangun tim dinilai Brazzo sudah keluar jalur dari filosofi klub “Mia San Mia”.

Namun tak hanya itu, penandatanganan seorang remaja berbakat Alphonso Davies, serta melakukan peremajaan tim dengan cepat berhasil ia lakukan. Pemain yang uzur seperti Arjen Robben dan Franck Ribery tak diperpanjang masa pengabdiannya. Lahirnya produk wonderkid seperti Jamal Musiala pun berkat efek kebijakan darinya.

Tak khayal dari beberapa kebijakan awalnya itu, ia dinilai sangat dominan. Bahkan ia sempat dipuji Uli Hoeness. Brazzo dianggap lebih nyata dan cepat bekerja ketimbang pendahulunya Matthias Sammer.

Kebijakan Manajemen Munchen Kelewat Batas

Apa yang dilakukan Brazzo tak selamanya berhasil. Ada pula langkahnya yang justru tak menemui kata berhasil alias kurang tepat. Tak dipungkiri keleluasaan dan dominasi seorang Brazzo di tubuh klub ditengarai kelewat batas. Kewenangan Brazzo bak seorang yang tak bisa diganggu gugat. Termasuk dalam pemecatan pelatih, pembelian pemain, penjualan pemain sampai mengatur segala detail klub.

Tahta Brazzo sebagai direktur olahraga tak tergantikan. Bahkan sampai Uli Hoeness mengundurkan diri sebagai presiden dan digantikan oleh Herbert Hainer pada 2019. Pergantian presiden tak bisa membatasi kewenangan Brazzo. Salihamidzic bahkan tercatat turut andil bukan hanya dalam pemecatan Carlo Ancelotti, melainkan manajer berikutnya.

Korban lain dari tangan dingin Brazzo adalah Niko Kovac. Sang manajer berkonflik dengan para pemain, sementara manajemen termasuk Brazzo justru berpihak pada pemain. Selain itu, pembelian Kovac seperti Lucas Hernandez pun dianggap gagal karena harganya terlalu mahal. Akhirnya ia pun dipecat.

Kemudian di zaman Hansi Flick yang sudah mempersembahkan Sextuple bagi The Bavarian. Ia pun sempat berkonflik dengan manajemen mengenai perkara transfer. Kita tahu pemain yang diinginkan Flick bertahan seperti Jerome Boateng, Thiago Alcantara, David Alaba, samai Ivan Perisic justru dilepas Brazzo.

Pembelian pemain seperti Bouna Sarr, Marc Roca, dan Choupo-Moting dinilai kurang memadai bagi kebutuhan Hansi Flick. Flick pun diberhentikan dari jabatannya. Dari sini manajemen yang tidak sehat itu mulai terlihat.

Nagelsmann Jadi Korban Berikutnya

Terlebih lagi, usut punya usut, ternyata pembelian dan penjualan pemain itu tak sepenuhnya dari keinginan pelatih, tapi manajemen. Inilah yang bikin Bayern Munchen seperti tim pesakitan yang baru mulai kelihatan sakitnya pada era Julian Nagelsmann. Pelatih muda itu diduga berkonflik dengan manajemen, termasuk dengan Brazzo dan CEO yang baru, Oliver Kahn.

Akumulasi sikap Nagelsmann dan perekrutan pemain yang tidak efektif menimbulkan masalah. Belum lagi performa Munchen yang tak membaik. Hal itu pun lagi-lagi membuat manajemen melakukan keputusan beresiko. Mereka pun memecat Nagelsmann. Masalahnya tak sampai di situ.

Perekrutan pemain yang dilakukan Munchen juga dianggap gagal. Brazzo dan Kahn dianggap lamban dalam mencari pengganti Robert Lewandowski. Sadio Mane, meski hebat di Liverpool bukan pengganti target man yang sepadan dari Lewandowski.

Dilansir Daily Mail, sikap pemain baru seperti Sadio Mane maupun Joao Cancelo yang masuk dalam kubu mendukung pemecatan Nagelsmann membuktikan bahwa kedatangannya di Munchen bukan keinginan Nagelsmann, melainkan keinginan manajemen semata.

Tuchel Akan Serupa?

Nah, hal inilah yang menjadi suatu titik permasalahan Munchen selama ini. Menurut BILD bahkan kini sudah muncul faksi-faksi di tubuh internal Munchen yang menghendaki “mosi tidak percaya” pada jajaran manajemen.

Brazzo, CEO Oliver Kahn, dan Presiden Herbert Hainer kini menjadi sasaran tembak karena dianggap biang kerok penurunan performa The Bavarians musim ini. Kehilangan dua gelar sekaligus setelah mengganti pelatih, resiko besar pun menanti mereka. Thomas Tuchel yang diharapkan mampu mengamankan treble, justru berbalik.

Tuchel tak kuasa membendung hasil minor yang diterimanya. Bayern yang sebelumnya stabil di tangan Nagelsmann harus mengalami transisi kepelatihan dan itu justru menimbulkan keadaan yang tidak kondusif. Alih-alih membaik malah timbul konflik internal antara Sadio Mane dan Leroy Sane. Sudah selesai? Belum!

Jika ingin mengubah struktur petinggi, Bayern Munchen belum bisa. Dewan Pengawas mesti mengadakan rapat komite terlebih dahulu pada 22 Mei 2023 mendatang, untuk kemudian diputuskan apakah menyudahi kepemimpinan tiga petinggi Bayern Munchen tersebut atau tidak.

Kalau mau menyudahi kepemimpinan ketiga petinggi Munchen itu juga tidak mudah. Sebab salah satu Dewan Pengawas, Uli Hoeness ternyata kawan dekat Brazzo. Jadi, bukan tidak mungkin kalau Brazzo masih akan tetap bertahan sampai kontraknya akan habis pada 2026 nanti. Nah, nasib tak menentu sekarang justru ada pada Thomas Tuchel. Sang pelatih kemungkinan besar akan kembali dihadapkan pada ancaman pemecatan.

Sumber Referensi : dailymail, transfermarket, theathletic, fcbinside, fcbayern.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *