Disambut Bak Pahlawan, Sadio Mane Malah Melempem di Bayern Munchen

Thomas Tuchel kembali dibuat tak bisa tidur nyenyak usai Bayern Munchen dibantai Manchester City di leg pertama perempat final Liga Champions. Namun, ada satu hal lain yang cukup menarik perhatian di laga tersebut. Adalah susunan pemain Bayern Munchen.

Tak ada nama Sadio Mane di lini depan skuad utama tim yang kini ditukangi oleh Thomas Tuchel. Mantan pelatih Chelsea tersebut lebih memilih Serge Gnabry ketimbang Mane saat mengetahui bahwa Eric Maxim Choupo-Moting sedang cedera.

Kabarnya, Mane memang sudah bukan lagi pilihan utama di Bayern Munchen. Setelah didatangkan dari Liverpool, Mane dianggap belum bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk The Bavarians. Padahal ia didatangkan untuk menambal lubang besar yang ditinggalkan oleh Robert Lewandowski. Lantas apa penyebab anjloknya performa Akhi Mane?

Suksesor Robert Lewandowski?

Kepergian Robert Lewandowski ke Barcelona jadi kehilangan besar bagi Bayern Munchen. Jadi tak heran apabila klub Bundesliga tersebut rela menggelontorkan dana sebesar 32 juta euro atau setara Rp519 miliar untuk seorang Sadio Mane. Niatnya jelas, mereka berharap Mane bisa jadi mesin gol baru Bayern Munchen musim ini. 

Tak sulit bagi Bayern untuk menjatuhkan pilihan kepada Mane di bursa transfer. Sejak bergabung dari Southampton pada 2016 silam, ia telah menjadi penyerang yang luar biasa di Liverpool. Mane telah mencatatkan 120 gol dan 48 assist dalam 269 di semua penampilan kompetitif bersama The Reds. Ia juga memiliki andil dalam lima gol ketika Senegal memenangkan Piala Afrika tahun lalu.

Mane yang kala itu memasuki tahun terakhir di Anfield keluar sebagai pencetak gol terbanyak kedua Liverpool di musim 2021/22. Tentu saja dibelakang Mohamed Salah. Mane mencetak 23 gol dalam 51 penampilan saat The Reds berhasil mengamankan dua piala domestik, yakni Piala FA dan Piala Carabao. 

Merasa sudah memenangkan segalanya bersama Liverpool, musim panas 2022 dirasa jadi waktu yang tepat bagi Sadio Mane untuk mengambil tantangan baru di negara lain. Ambisi tersebutlah yang membawanya bergabung dengan Bayern Munchen.

Sejauh Ini Belum Memenuhi Ekspektasi

Meriahnya sambutan yang didapat Mane ketika mendarat di Jerman menandakan kalau Bayern Munchen telah memulai era baru tanpa Robert Lewandowski. Dengan berbekal performa luar biasa bersama Liverpool, ekspektasi fans dan klub sangat tinggi padanya.

Bagaimana tidak? Ibaratnya Mane itu sudah khatam jadi penyerang gacor di liga dengan persaingan ketat seperti Liga Inggris. Jadi wajar apabila publik menganggap dirinya akan overpower apabila bermain di Bundesliga, kompetisi yang notabene kualitasnya di bawah Liga Inggris.

Namun, kenyataan berkata lain. Fans hanya bisa berharap tapi Mane lah yang menentukan. Performanya di awal musim bisa dibilang cukup oke. Namun setelah jeda Piala Dunia, performanya jauh menurun. Ia baru mencetak enam gol di Bundesliga musim ini. Mane bahkan belum mencetak satu gol pun sejak pertandingan liga melawan Mainz Oktober lalu.

Catatan itu pun jadi sorotan. Berbagai media Jerman saat ini sedang mempertanyakan di mana Sadio Mane versi saat masih di Liverpool? Di mana Mane sang pemain terbaik Benua Afrika? Di mana Sadio Mane yang performa apiknya mengantarkan dirinya ke urutan kedua Ballon d’Or?

Cedera

Penurunan performa Mane bukan tanpa sebab. Cedera dianggap jadi salah satu penyebab utamanya. Peradangan pada ujung atas tulang fibula yang dideritanya sepekan jelang Piala Dunia 2022 disinyalir membuat performanya kian menurun akhir-akhir ini. Cedera tersebut membuat Mane absen selama tiga bulan dan baru kembali bermain pada Februari lalu.

Mane dilaporkan telah kehilangan kecepatannya pasca cedera tersebut. Selama beberapa pertandingan dia tampak tidak fit dan jarang memenangkan duel satu lawan satu. Ada kekhawatiran bahwa cedera tersebut telah menyebabkan kerusakan jangka panjang

Menariknya, dilansir Mirror, cedera tersebut dikabarkan jadi efek samping selama bermain di Liverpool. Pengejaran empat gelar juara pada musim lalu dianggap sebagai penyebab beberapa pemain Liverpool tak terkecuali Sadio Mane jadi kelelahan. Beberapa media pun menyimpulkan kalau tenaga pemain berusia 31 tahun itu sudah terkuras habis saat bermain di Liverpool musim lalu.

Ketika melihat performa pemain Liverpool lain macam Mohamed Salah, Virgil van Dijk, atau Roberto Firmino yang juga mengalami penurunan, kemungkinan memang ada satu garis yang bisa ditarik. Bahwa beberapa punggawa The Reds sedang kelelahan karena terlalu diforsir musim lalu. Dan kini imbasnya mulai terlihat ketika Mane mengalami kesulitan di klub barunya.

Sistem Permainan yang Jauh Berbeda

Cedera bukan satu-satunya masalah Sadio Mane di Jerman. Pola permainan Bayern Munchen yang dirasa sangat jauh berbeda juga jadi alasan kuat mengapa dirinya belum mencapai performa terbaik. Ia terbiasa memainkan sepakbola cepat Heavy Metal ala Jurgen Klopp.

Mane dirasa belum bisa menyesuaikan ritme bermainnya dengan gaya bermain Bayern Munchen yang lebih terkontrol dan mengandalkan penguasaan bola. Itu dibuktikan dengan dirinya yang terkadang salah dalam mengambil keputusan antara harus berlari membelah pertahanan atau diam dan menunggu bola. 

Mane bahkan beberapa kali sering terjebak offside karena tidak fokus saat melakukan pergerakan tanpa bola. Menurut statistik yang dipublikasikan oleh jurnalis asal Jerman, Kerry Hau setidaknya Mane selalu mencatatkan satu offside per pertandingan Bundesliga.

Menurut Bavarian Football Works, Mane juga mengambil peran yang berbeda di Bayern Munchen. Bersama Liverpool, Mane kerap diturunkan sebagai sayap kiri di mana ia diberikan ruang dan kebebasan lebih untuk menguasai bola. Sedangkan di Bayern, Mane bertindak sebagai second striker atau striker murni yang justru membatasi pergerakan Mane.

Faktanya, beberapa pemain bekas asuhan Jurgen Klopp juga kerap kesulitan ketika harus bermain dengan skema yang berbeda. Sebelum Mane, Georginio Wijnaldum dan Philippe Coutinho sudah merasakannya.

Tak Terbiasa dengan Persaingan

Selain posisi yang berbeda Mane juga terbiasa bermain dengan tiga penyerang. Ia selalu jadi pilihan utama di skema tersebut. Sementara di Bayern berbeda. Mane kembali dituntut untuk bersaing dengan pemain-pemain lain macam Choupo-Moting, Serge Gnabry, dan Thomas Muller untuk mengamankan satu tempat yang bukan posisi aslinya.

Menciptakan skuad yang dalam dan pertarungan yang dihasilkan untuk mendapatkan tempat awal telah menjadi salah satu strategi kunci klub dalam beberapa tahun terakhir. Dan Mane sudah tahu itu ketika menandatangani kontrak bersama Bayern Munchen musim panas lalu.

Dilansir The Athletic, ternyata Mane tak terbiasa dengan persaingan. Hal itu dikonfirmasi oleh Chief Executive Bayern Munchen, Oliver Kahn. Menurutnya, Sadio Mane tengah mencari jati dirinya lagi di Bayern. “Dia tidak terbiasa dengan jenis persaingan untuk mendapatkan tempat yang kita miliki di sini. Itu tidak seperti itu di Liverpool,” kata mantan kiper Timnas Jerman tersebut.

Tergantikan

Penurunan performa Mane mengakibatkan sang pemain tersingkir dari skuad utama. Per Oktober kemarin, Nagelsmann bahkan lebih mempercayakan lini depan The Bavarians kepada pelapis Lewandowski musim lalu, Choupo-Moting. Bahkan ketika penyerang berusia 34 tahun itu cedera, Thomas Tuchel justru lebih memilih Gnabry di laga kontra City kemarin.

Meski sempat dikabarkan sudah mulai kehabisan sabar, Direktur Olahraga Bayern Munchen, Hasan Salihamidzic tetap memahami situasi Sadio Mane. Menurutnya, Mane sedang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menemukan permainan terbaiknya di Bundesliga. Tapi mau sampai kapan Bayern harus bersabar?

Sumber: Bundesliga, The Athletic, Daily Mail, Mirror, Goal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *