Kembali ke Liga Maljum! Kenangan Liverpool di Europa League

Assalamualaikum Europa League! Selamat datang di Liga Malam Jumat wahai seluruh Liverpudlian di seantero dunia. The Reds musim ini harus puas tutup telinga dari anthem Liga Champions yang ikonik itu.

Bicara soal kiprah liverpool di liga malam jumat, ternyata liverpool pernah juga lho juara. Namun tak hanya juara sih, di-PHP juara pun mereka ternyata pernah.

Liverpool Kembali Masuk Europa League

Masuknya Liverpool di Liga Malam Jumat musim depan memang sebuah penurunan. Bagaimanapun Liverpool adalah klub besar yang tiap musimnya langganan masuk Liga Champions. Tercatat, sejak musim 2017/18 mereka selalu hadir di liga kasta tertinggi Eropa itu. Dengan kata lain, sudah enam tahun Liverpool tidak absen di Liga Champions.

Musim 2015/16 adalah terakhir kalinya mereka meramaikan Liga Eropa. Namun di sisi lain, kehadiran kembali mereka di kompetisi Liga Malam Jumat musim ini patutlah untuk disyukuri.

Pasalnya, mereka secara performa sangat inkonsisten musim ini. Lihat saja, sampai paruh musim saja mereka masih berkutat dengan berbagai masalah performa. Sehingga posisi The Reds terkatung-katung diantara peringkat enam hingga sepuluh klasemen Liga Inggris.

Bangkit dan Disyukuri

Asa kebangkitan sempat berhembus kencang ketika mereka menang besar 7-0 atas musuh bebuyutannya MU di Anfield. Namun uniknya, mereka seperti dikutuk. Karena empat pertandingan setelahnya tak pernah menang.

Akan tetapi, ketika Klopp mengubah beberapa komposisi tim, seperti mencoba Trent-Alexander Arnold lebih bermain sebagai gelandang, Liverpool benar-benar bangkit. Sejak laga melawan Leeds di pekan 31 Liga Inggris, The Reds mampu sapu bersih dengan kemenangan, bahkan sampai pekan ke-36 melawan Leicester.

Posisi mereka pun merangsek naik kembali ke jalur Eropa. Bahkan sempat mengais asa merebut tempat Liga Champions milik Newcastle dan MU. Namun itu semua sudah terlambat. Ditambah hasil imbang 1-1 melawan Aston Villa di Anfield di pekan ke-37, otomatis memupus asa Liverpool ke posisi empat besar.

Jurgen Klopp pun menanggapi kegagalan itu. Ia menganggap bahwa tempat Liga Champions tak pantas diraih Liverpool musim ini. Karena inkonsistensi performa pasukannya, Europa League adalah yang paling realistis bisa digapai. Klopp bahkan mengaku legowo dengan pencapaian ini. Menurutnya walaupun menyakitkan, namun ini adalah suatu pencapaian terbaik skuadnya yang sedang terpuruk musim ini.

Pentingnya Europa League Bagi Liverpool Musim Depan

Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Liverpool sudah kadung terdampar di Liga Malam Jumat musim depan. Lantas, apa pentingnya sih kompetisi itu bagi Liverpool musim depan?

Faktanya, meskipun ini kasta kedua Eropa, gelar juaranya juga prestisius. Karena selain meraup pundi-pundi uang sekitar 10 juta euro, gelar Europa League juga menjadi jalan ninja bagi Liverpool untuk menuju Liga Champions musim depan. Jaga-jaga saja, barangkali mereka hancur lagi di Liga Inggris musim depan.

Soal keuangan juga penting. Apalagi mereka kehilangan pundi-pundi besar tampil di Liga Champions musim depan. Bayangkan saja, lolos ke Liga Champions saja sudah dapat uang sekitar 15 juta euro. Belum lagi kalau menang dan melangkah jauh. Sedangkan di Europa League, mereka hanya mendapatkan sekitar 4 juta euro saja.

Bagaimanapun kondisi keuangan Liverpool haruslah tetap sehat. Selain itu, pengurangan gaji besar dari empat pemain yang pisah musim ini seperti Firmino, Keita, Chamberlain, maupun Milner, juga membuat kantong Liverpool terbilang aman.

Liverpool Juara 2000/01

Apalagi ditambah jika Liverpool mampu juara di Liga Eropa musim depan. Makin bertambah lagi pundi-pundi keuangan mereka. Maka dari itu, Klopp menganggap juara Europa League musim depan akan menjadi target.

Kalau dirunut dari sejarahnya, The Reds ini potensial untuk menjadi juara di Liga Eropa. Liverpool tercatat pernah menjuarai kompetisi ini tiga kali. Namun, ketika itu masih bernama Piala UEFA. Yakni pada musim 1972/73, 1975/76, dan yang terakhir di musim 2000/01.

Cerita sedikit tentang kenangan indah mereka juara di tahun 2001. The Reds tampil di Piala UEFA musim itu karena di musim sebelumnya hanya finish di posisi 4 Liga Inggris. Lho kok bisa peringkat empat nggak masuk Liga Champions? Ya, karena di musim itu jatah wakil Liga Inggris di Liga Champions masih tiga klub.

The Reds masih diasuh pelatih Prancis, Gerard Houllier yang ditunjuk manajemen sejak 1998 menggantikan Roy Evans. Prestasi Houllier membangun skuad Liverpool patut diapresiasi.

Pemain rekrutannya seperti Dietmar Hamann, Sami Hyypiรค, Markus Babbel, Emile Heskey hingga Vladimir Smicer, menjadi kerangka skuad Liverpool dalam meraih berbagai kesuksesan. Belum lagi ditambah pemain muda yang makin gacor seperti Jamie Carragher, Steven Gerrard, Robbie Fowler, maupun Michael Owen.

Trofi Piala UEFA 2000/01 menjadi bukti dari keperkasaan skuad bentukan Houllier. Mereka mampu mengandaskan tim-tim seperti AS Roma, Porto, Barcelona hingga Alaves di final. Musim itu, selain meraih trofi di Piala UEFA, mereka meraih trofi Piala FA, sekaligus Piala Liga Inggris.
Predikat sebagai peraih โ€œtreble miniโ€ pun mereka rengkuh. Yang tak kalah menggembirakannya lagi, mereka berhak tampil lagi di Liga Champions musim 2001/02 karena mampu finish di peringkat tiga klasemen Liga Inggris.

Debut Pahit Klopp di Final Europa League

Sayangnya cerita indah tersebut lambat laun tenggelam. Selain Liverpool menjadi lebih sering bermain di Liga Champions, ketika berlaga lagi di Liga Eropa, justru yang ada adalah kenangan pahit. Musim 2015/16, atau untuk terakhir kalinya Liverpool berlaga di Liga Eropa harus berakhir menyedihkan.

Ketika itu Jurgen Klopp baru mengambil alih posisi pelatih dari tangan Brendan Rodgers. Klopp mendapat tugas membangun kembali tim sekaligus meneruskan langkah Liverpool yang masih berlaga di Europa League.

Hebatnya, dengan skuad seadanya, justru Klopp mampu mengantarkan pasukan The Reds melaju hingga final Europa League. Tak main-main, di fase gugur tim-tim hebat seperti Manchester United, Dortmund, sampai Villarreal mereka babat. Tidak hanya itu, Klopp juga mengantarkan timnya ke final Piala Liga.

Malang sekali. Tak ada satu pun dari dua final itu yang berbuah manis. Liverpool justru menelan kekalahan menyakitkan di dua final tersebut. Mereka ditaklukkan Sevilla 3-1 di final Liga Eropa. Sementara itu, di final Piala Liga, Manchester City membungkam The Reds melalui babak adu penalti.

Penderitaan mereka pun bertambah ketika The Reds hanya bisa finish di peringkat delapan Liga Inggris musim itu. Hal itulah yang mengakibatkan mereka harus menerima nasib tak ikut kompetisi Eropa sama sekali di musim 2016/17.

Sumber Referensi : theatheltic, bleacherreport, espn, bbc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *