Memori Kejayaan Newcastle United yang Antarkan Mereka ke UCL

Dikira hanya sesaat kegacoran Newcastle di Liga Inggris musim ini. Eh ternyata, menjelang akhir musim mereka justru tambah menggila. Satu tiket Liga Champions kini makin dekat dalam dekapan Newcastle. Membayangkan betapa rindunya The Magpies akan kompetisi paling bergengsi di Eropa itu. Maklum mereka terakhir kali mencicipi Liga Champions sudah sejak musim 2001/02 silam.

Kevin Keegan Si Penyelamat

Namun, itu bukanlah yang pertama kali bagi Newcastle tampil di Liga Champions. Mereka di tahun 1995 juga pernah merasakannya. Yang perlu diketahui, asal muasal kebangkitan Newcastle ketika itu adalah setelah dilatih oleh Kevin Keegan. Salah satu legenda hidup Newcastle yang mampu mengubah nasib Toon Army di era Premier League.

Tuahnya di St James Park nyata adanya. The Magpies langsung dibawanya promosi ke Liga Inggris pada tahun 1993. Mulai saat itulah Keegan membangun skuad untuk bisa terus bertahan di Liga Inggris.

Uniknya, setelah promosi Keegan mampu membawa Toon Army langsung bisa bersaing di papan atas. Lantas dengan cara apa ia melakukannya? Keegan menciptakan duo striker gacor atas nama Peter Beardsley dan Andy Cole.

FYI aja, Andy Cole sebelum gacor di MU, ia sudah digembleng Keegan terlebih dulu di Newcastle. Total gol dari duo Beardsley dan Cole yakni 55 gol dalam semusim. Bisa dikatakan keperkasaan Toon Army separuhnya berasal dari sumbangan duo pemain tersebut. Finish di posisi ketiga Liga Inggris setelah promosi menjadi hasil yang sangat mengejutkan.

Ujian Newcastle

Namun sayang, setelah pergantian musim, bomber haus gol Andy Cole harus dibajak oleh MU. Alhasil separuh kekuatan mereka berkurang. Namun, Kevin Keegan ternyata punya cara lain.

Meski jumlah gol berkurang, namun mereka masih bisa menyiasatinya dengan kolektivitas tim yang solid selama musim 1994/95. Dan hasilnya finish di posisi ke-6, termasuk hasil yang lumayan.

Barulah pada musim 1995/96, Keegan lebih siap untuk merangsek lagi ke papan atas. Salah satu caranya adalah kembali menelurkan para penyerang gacor seperti Les Ferdinand, David Ginola, dan Faustino Asprilla.

Runner Up Liga Inggris

Seperti apa yang diceritakannya di Fourfourtwo, Keegan membayangkan permainan atraktif Newcastle waktu itu. Keegan sangat terkesan dengan pencapaiannya pada musim 1995/96, ketika sempat unggul di puncak klasemen dengan selisih 12 poin dari MU di pekan ke-20.

Pembelian Les Ferdinand, Asprilla, dan Ginola terbukti jadi senjata ampuh Keegan. Mereka menyumbang total 33 gol bagi Toon Army musim itu. Namun sayang seribu sayang, kenangan pahit dialami Keegan pada akhir kompetisi.

Kepada Fourfourtwo, Keegan mengatakan bahwa tak bisa membayangkan betapa pedihnya nasib skuadnya ketika trofi yang diidam-idamkan pergi begitu saja di akhir musim.

Hasil imbang melawan Spurs dan kemenangan di kandang Middlesbrough membuat trofi Liga Inggris melayang ke pasukan Sir Alex Ferguson. Toon Army harus puas finis menjadi runner up dengan selisih empat poin.

Ketidakpuasan Keegan atas hasil pedih itu langsung direspons dengan memecahkan rekor transfer dunia atas nama striker Alan Shearer. Shearer dibeli dari Blackburn Rovers dengan mahar 15 juta pounds.

Berkat transfer itu, musim 1996/97 Newcastle dijagokan sebagai calon kuat peraih juara Liga Inggris. Namun justru hasilnya berbeda. Badai inkonsistensi melanda Keegan di awal musim. Dengan tujuh laga tanpa kemenangan, Keegan pun harus rela dipecat pada paruh musim Januari 2007 dan digantikan oleh Kenny Dalglish.

Pasca Keegan dan Liga Champions Pertama

Sementara itu, duet baru peninggalan Keegan yakni Shearer dan Les Ferdinand masih dalam mode menyeramkan. Bersama Dalglish mereka berdua masih mampu menyumbangan total 41 gol hingga akhir musim. Berkat efek tersebut The Magpies kembali menjadi runner up Liga Inggris untuk kedua kalinya.

Akan tetapi, musim baru mereka bersama Dalglish di 1997/98 tak berjalan mulus. Les Ferdinand dan David Ginola dibeli Spurs, sedangkan Fausto Asprilla hijrah ke Parma. Separuh kekuatan Newcastle hilang musim itu. Ditambah Alan Shearer mengalami cedera parah pergelangan kaki hingga absen selama setengah musim.

Alhasil performa mereka jeblok dan harus puas finish di posisi 13 Liga Inggris. Namun tunggu dulu, di musim itu ada yang patut diapresiasi. The Magpies mampu mencapai final Piala FA dan menembus babak grup Liga Champions untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub.

Bahkan di babak grup, Newcastle mampu mengandaskan Barcelona 3-2 di St James Park. Meski akhirnya tak mampu lolos dari grup, namun pencapaian itu patut diapresiasi.

Datangnya Sir Bobby Robson

Setelah musim yang panjang penuh prestasi bersama Keegan maupun Dalglish, Toon Army sempat redup ketika ditangani Ruud Gullit. Sebelum akhirnya Sir Bobby Robson datang menukangi Newcastle pada 1999.

Tak mudah bagi Sir Bobby Robson mengubah Newcastle dalam waktu singkat. Satu setengah musim pertamanya berakhir di papan tengah klasemen Liga Inggris. Namun dengan kesabaran manajemen, barulah musim 2001/02 tuah pembangunan skuad Robson membuahkan hasil.

Skuad muda yang dibangunnya seperti Laurent Robert, Jermaine Jenas, serta Craig Bellamy mampu menambah kekuatan The Magpies. Buktinya performa mereka musim itu tak terduga bisa menjadi pesaing klub besar lainnya di papan atas.

Kembali finish di empat besar Liga Inggris, serta menjadi finalis di Piala Intertoto, menjadikan kinerja Robson patut diapresiasi. Meski harus kalah di final Intertoto, namun paling tidak aroma kebangkitan kembali sudah tercium.

Liga Champions Kedua

Benar saja, pada musim 2002/03 mereka mampu tampil lagi untuk kedua kalinya sepanjang sejarah di babak grup Liga Champions. Bahkan mereka menciptakan sebuah peningkatan prestasi.

Bersama Robson, Newcastle bahkan bisa melaju ke babak grup kedua. Mereka mengalahkan tim di babak grup pertama seperti Juventus, Dynamo Kiev dan Feyenoord.

Sayangnya, bertemu raksasa seperti Barcelona maupun Inter Milan, mereka akhirnya harus takluk. Tak hanya di Liga Champions, di Liga Inggris musim itu Robson mampu membawa The Magpies finish di urutan ke-3 di bawah MU dan Arsenal.

Trofi Terakhir Newcastle

Nah sejak musim itu berakhir, dalam perjalanannya Newcastle belum pernah lagi masuk zona empat besar Liga Inggris, sekaligus masuk Liga Champions. Mereka perlahan mengalami penurunan dari musim ke musim.

Namun setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari sebuah era kemunduran Newcastle. Ya, itu adalah sebuah trofi. Paceklik trofi mereka selama 37 tahun akhirnya terobati di musim 2006/07 bersama pelatih Glenn Roeder.

Obafemi Martins dan kawan-kawan meraih trofi Piala Intertoto setelah mengalahkan Lillestrom dalam dua leg dengan agregat 4-1. Itu bisa disebut trofi terakhir mereka, jika trofi juara Championship mereka tak dihitung.

Sumber Referensi : fourfourtwo, theathletic, bbc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *