
Mengapa Liga Prancis Kini Terlempar dari Lima Liga Top Eropa?
admin
- 0
- 32
Selama ini Ligue 1 hanya dicap sebagai liga petani oleh kebanyakan orang. Tak dipungkiri sejak dibeli oleh Qatar, hanya PSG yang sering mendominasi liga ini. Selama ini Ligue 1 hanya mengandalkan popularitas PSG di kancah Eropa. Tim yang bertabur bintang itu dimanfaatkan Ligue 1 untuk mendulang poin koefesien liganya. Namun apa jadinya kalau PSG terseok-seok di Eropa?
Liga Prancis Dalam Koefisien UEFA
Sejak tahun 2004, Ligue 1 ini sebenarnya telah mencapai posisi koefisien liga tertinggi mereka, yakni peringkat 4. Hal itu dikarenakan wakilnya, AS Monaco mencapai final Liga Champions 2003/04.
Champions League Final 2004
Fc Porto v AS Monaco pic.twitter.com/BWgdkT1rid
— Ams_R (@amsul288) September 2, 2020
Sempat lama menghuni peringkat lima besar di koefisien UEFA, di tahun 2012 mereka juga ternyata pernah terlempar dari ranking lima besar. Mereka dilangkahi oleh Liga Portugal, yang naik berkat All Portugal Final Porto vs Braga di Europa League musim 2010/11.
🤩 Epic finals 🤩
👕 Porto 1-0 Braga (2011 Europa League Final)
⚽️ Falcao 44
ℹ️ https://t.co/GQVnymgQHJ #UELfinal pic.twitter.com/EPd6U6sB2t
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) May 9, 2018
Namun tak butuh lama bagi Ligue 1 untuk bangkit. Ya, hal itu berkat PSG. Klub yang menggebrak dengan fulus Qatar. Maka dari itu, sejak musim 2016/17 Ligue 1 kembali masuk di lima besar koefisien UEFA. Penyebabnya tiada lain karena PSG beberapa musim beruntun mampu masuk perempat final Liga Champions.
Meski begitu, peringkat Ligue 1 tetap stagnan di posisi 5. Meski PSG mereka masuk final Liga Champions musim 2019/20, mereka tetap tak dapat melangkahi Jerman, yang diwakili Munchen yang notabene sebagai juara di musim itu.
It has been three years since Paris Saint-Germain reached a first-ever Champions League Final only to lose 1-0 to Bayern Munich via a goal from Kingsley Coman.@HE_Ftbl takes a look back at the members of that PSG side and where they’ve ended up: https://t.co/0l7zlsn3mm pic.twitter.com/LepdrHgUmA
— Breaking The Lines (@BTLvid) July 13, 2023
2023/24 Tergeser Dari Lima Besar
Sudah bertahan lama di posisi ke-5, bukannya naik, eh malah mereka kembali turun. Ya, awal Juli 2023 UEFA telah mengeluarkan data terbaru mengenai poin koefisien di beberapa Liga top Eropa.
Ligue 1 has dropped out of Europe’s top 5 leagues, with France losing its place to the Netherlands in UEFA’s ranking at the start of this season 📉
The calculation is determined by the sum of each country’s European performance over the last 5 years 🤓 pic.twitter.com/Np0M2RhKcb
— ESPN FC (@ESPNFC) July 4, 2023
Hasilnya ada yang berubah, termasuk Ligue 1 yang kini turun menempati peringkat ke-6 dengan total poin 51.914. Tentu hasil itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama dari segi hasil yang dialami para wakil Ligue 1 di kompetisi Eropa.
FT | Bayern Munich 2️⃣ – 0️⃣ PSG
Paris Saint-Germain knocked OUT of the Champions League again
Your thoughts on the game? #FCBPSG pic.twitter.com/qKKw2BGGbo
— PSG Chief (@psg_chief) March 8, 2023
Contohnya saja PSG, klub yang selama ini diandal-andalkan Ligue 1. PSG malah melempem di dua musim terakhir, karena hanya sampai babak 16 besar. Sementara itu Marseille juga malah jadi juru kunci di babak grup Liga Champions musim lalu.
Tak hanya itu, wakilnya yang lain di Europa League pun juga sama. Wakil Ligue 1 macam AS Monaco, Rennes dan juga Nantes, harus puas kandas di babak 32 besar. Hanya Nice, yang memiliki pencapaian Eropa yang agak bagusan dikit. Mereka lolos hingga babak perempat final UEFA Conference League, akan tetapi harus kandas oleh Basel.
🇨🇭 Basel vs Nice 🇫🇷#UECLdraw pic.twitter.com/9ASSDLW54i
— UEFA Europa Conference League (@europacnfleague) March 17, 2023
Wakil Liga Belanda di Kompetisi Eropa
Melempemnya para kontestan Ligue 1 tersebut, kemudian dimanfaatkan oleh wakil dari Eredivisie. Ya, Eredivisie kini menggeser singgasana posisi ke-5 dari tangan Ligue 1 dengan poin 52.100.
Kalau dilihat dari kualitas para pemain yang berlaga di tim Eredivisie, memang tak semewah apa yang dimiliki PSG. Skuad Ajax, PSV, Feyenoord, maupun AZ Alkmaar cenderung merata sehingga menjadi kekuatan tersendiri. Beberapa di antaranya juga konsisten silih berganti tampil apik mewakili Eredivisie di kompetisi Eropa.
FIM DE JOGO!
Com estrela de Vangelis Pavlidis, o AZ Alkmaar faz 2 x 0 no Anderlecht, empatando no agregado 2 x 2, leva para os pênaltis, ganha com erro de Vertonghen e está na semifinal da Conference League!#UECL pic.twitter.com/DbasYdLv5f— Mr Mertens (@Fefe_Brabo) April 20, 2023
Contohnya AZ Alkmaar, yang musim lalu baru saja tembus hingga babak semifinal UEFA Conference League. Di Europa League juga ada PSV dan Feyenoord. Khusus Feyenoord, mereka musim lalu juga bisa tembus hingga babak perempat final. Dan jangan lupa juga di musim 2021/22, Feyenoord mampu melangkah hingga babak final UEFA Conference League.
Feyenoord players after reaching the Europa Conference League final 🥺 pic.twitter.com/nKOyJm52zN
— B/R Football (@brfootball) May 5, 2022
Klub Yang Tak Konsisten
Dikudetanya Ligue 1 oleh Eredivisie tentu ada sebab. Salah satunya adalah performa para klub Ligue 1 yang tak konsisten. Hampir tidak ada tim kecuali PSG, yang rutin berturut-turut lolos ke kompetisi Eropa, baik itu UCL, UEL, maupun UECL.
Di musim ini, akan ada Lens yang akan bermain di Liga Champions dan Toulouse yang akan bermain di Liga Eropa. Kedua tim tersebut merupakan tim ke-12 dan ke-13 dari Liga Prancis yang akan bermain di kompetisi Eropa sejak musim 2018/19.
Clasificación final de la Ligue One:
🏆Campeón: PSG
🔵UEFA Champions League: PSG, Lens, Olympique de Marsella
🟠UEFA Europa League: Rennes, Toulouse
🟢UEFA Europa Conference League: Lille OSC
🔴Descenso: Auxerre, Troyes, Ajaccio, Angers pic.twitter.com/oNy7HYa1QH— FarolilloTeam (@FarolilloTeam) June 4, 2023
Artinya, wakil Prancis di kompetisi Eropa tidak menentu. Hal itu sekaligus menunjukkan sebenarnya Ligue 1 sangat kompetitif. Meski di lain sisi juga memperlihatkan bahwa tim-tim Ligue 1 tidak konsisten setiap musimnya.
Para Pemain Prancis Yang Hengkang Dari Ligue 1
Selain tidak konsisten kualitas para pemainnya pun kurang. Banyak talenta terbaik dari Prancis memilih hijrah dari Ligue 1. Mereka memilih melanjutkan karir di liga-liga terbaik, yang juga membayarnya dengan harga terbaik.
Tak dipungkiri klub terkaya di Ligue 1 yang mampu membayar pemain bertalenta dengan harga tinggi hanyalah PSG. Itu pun terkadang pemain pilihan saja. Maka dari itu, lihat saja minimnya pemain lokal Prancis di PSG. Mungkin sekarang hanya ada Mbappe, Mukiele, maupun Eketike.
Premier entraînement collectif pour Nordi Mukiele et Hugo Ekitiké ❤️💙✅ pic.twitter.com/8LutpzYaKJ
— Panam’s (@panams75) July 27, 2022
Lyon yang sempat berjaya di 2000-an awal kini hanya meratapi nasib sebagai tim yang punya banyak masalah keuangan. Apalagi Marseille yang hanya doyan menampung para pemain buangan dari liga lain. Selebihnya, hanyalah klub yang sebatas penghasil talenta yang cepat atau lambat akan dijajakan ke liga lain.
Timnas Prancis Minim Pemain Dari Ligue 1
Melihat fenomena tersebut, akan berkorelasi dengan minimnya pemain dari Ligue 1 yang berkontribusi bagi timnas. Lihat saja komposisi skuad besutan Didier Deschamps sekarang ini?
Faktanya hanya lima orang yang merumput di Ligue 1. Yang selalu jadi starter, itupun cuma Mbappe. Selebihnya pemain seperti kiper Brice Samba dari Lens, Jordan Veretout dari Marseille, maupun Axel Disasi dan Youssouf Fofana dari Monaco, hanya sebatan pelapis saja. Caps-nya pun tak sebanyak Mbappe.
🚨‼️ Jordan Veretout et Axel Disasi devraient être TITULAIRES face à la #TUN !
(@RMCsport) pic.twitter.com/cMIn3xkdiw
— Instant Foot ⚽️ (@lnstantFoot) November 30, 2022
Hanya 3 Klub Di 50 Besar UEFA
Yang lebih parah lagi, kalau dilihat dari segi koefisien klubnya, Ligue 1 juga salah satu yang terburuk. Bayangkan, dari 50 besar klub dengan poin koefisien terbanyak menurut UEFA, hanya PSG, Lyon, dan Rennes klub Ligue 1 yang masuk di dalamnya.
Rankingnya pun tak bagus-bagus amat. PSG di posisi 6, Lyon di posisi 26, dan Rennes di posisi 39. Kalau dibanding perwakilan dari Eredivisie atau Liga Super Portugal, Ligue 1 masih kalah. Karena dua liga tersebut menempatkan empat wakilnya dalam ranking 50 besar UEFA.
Apa Dampaknya?
Lalu apa dampaknya sih dari fenomena merosotnya Ligue 1 dari koefisien UEFA ini? FYI aja, perhitungan ini hasilnya diambil dari jumlah poin yang dihasilkan oleh tiap wakil dari liga di suatu negara ketika berlaga di kompetisi Eropa. Perolehan poin itu dihitung oleh UEFA per tahunnya.
Hasil koefisien tersebut juga berguna bagi UEFA dalam menentukan pot dalam undian di berbagai kompetisi. Selain itu, dalam menentukan jumlah klub atau slot Eropa dari suatu liga juga berdasarkan dari koefisien tersebut.
Untungnya, ketika Ligue 1 terlempar dari lima besar koefisien, mereka masih mendapat jatah tiga slot di Liga Champions. Karena pada dasarnya peringkat lima dan enam koefisien UEFA, masih mendapat jatah tiga slot. Hanya saja satu tim harus melewati babak kualifikasi dulu.
Beda dengan peringkat ke-7 sampai ke-10 yang hanya mendapat jatah dua slot dengan satu di antaranya ikut kualifikasi terlebih dahulu. Namun kalau tak berbenah, bisa-bisa suatu saat nanti Ligue 1 hanya punya jatah dua wakil saja di Liga Champions.
Sumber Referensi : uefa, transfermarkt, footballcoeffecients, news18, forbes, sportslens