
Pontang-Panting Harry Kane Saat Dipinjam-pinjamkan ke Klub Medioker
admin
- 0
- 44
Harry Kane menjelma salah satu striker berbahaya di Liga Inggris. Dalam beberapa tahun terakhir, pria yang lahir di London ini menjadi langganan top skor Liga Primer Inggris. Kalau saja musim yang sudah lewat tidak ada Erling Haaland, Kane akan menjadi top skor dengan torehan 30 gol.
Kane juga boleh dibilang satu-satunya striker Inggris yang berbahaya di era saat ini. Kemampuan Kane dan insting serta nalurinya mencetak golnya tidak hadir dalam sekejap. Butuh waktu lama baginya untuk menjadi seperti sekarang ini.
Bahkan sebelum benar-benar menjadi andalan Tottenham Hotspur, Kane sempat dipinjam-pinjamkan ke klub medioker, seperti Norwich City, Leicester City, bahkan Millwall. Bagaimana kisahnya?
Masuk Akademi Spurs, Bermain di Tim Muda
Harry Kane lahir dan menjalani kehidupan masa kecilnya di Kota London. Ia masuk ke akademi salah satu tim yang disegani, setidaknya pada waktu itu. Yap, benar, Harry Kane masuk akademi Tottenham Hotspur.
Setelah bergabung ke akademi Tottenham, karier Kane melonjak. Saat bergabung dengan tim U-21, Kane sudah mencetak sembilan gol dari 13 laga yang dilakoninya. Ia kemudian naik ke tim utama. Namun, Tottenham Hotspur memiliki program pengembangan yang cukup unik saat itu.
Mantan pelatih teknik Tottenham Hotspur yang saat itu juga terlibat dalam program pengembangan pemain muda, Les Ferdinand, seperti dikutip Independent, menjelaskan bahwa pendekatan yang dipakai Spurs dalam pengembangan usia muda adalah membiarkan pemain U21 dipinjamkan ke klub lain terlebih dahulu, sebelum benar-benar bermain untuk The Lilywhites.
Dijelaskan Les Ferdinand, sistem peminjaman ini akan memberikan tekanan pada sang pemain. Bermain di liga yang kastanya lebih rendah dari Premier League jauh lebih kompetitif ketimbang bermain di Liga Primer U-21. Harry Kane pun dipinjamkan ke klub League One atau kasta ketiga, Leyton Orient.
Bermain di Leyton Orient
Pada waktu itu, memang para manajer di Liga Inggris tidak cukup berani memainkan pemain muda. Hal yang di kemudian hari didobrak oleh Southampton. Tim pertama di Liga Inggris yang berani memainkan pemain muda, dengan aktornya Mauricio Pochettino.
Balik lagi ke Harry Kane. Meski bermain di tim utama, alih-alih tim muda, bermain di League One berarti Kane mengalami turun kasta. Bagaimanapun banyak perbedaan antara Tottenham dan Orient. Di tempatnya yang baru, Kane akan mendapatkan fasilitas yang lebih buruk.
Harry Kane will sponsor Leyton Orient’s shirts next season.
The former loanee will use the League Two club’s kit to thank frontline workers in the UK π pic.twitter.com/OppYfLNtMb
β B/R Football (@brfootball) May 14, 2020
Namun, ia tidak pernah menyesali keputusan itu dan menerjang segala situasi. Kane bergabung ke Orient pada paruh kedua musim 2010/11. Dengan wajah yang segar dan penuh harap, Kane datang ke Orient bermodal keinginan untuk belajar dan menjadi starter di setiap pertandingan.
Orient adalah tempat yang tepat baginya untuk mempelajari itu semua. Dan yang terpenting, Kane bisa pula belajar apa artinya menang. Manajer kasta ketiga, seperti Orient tidak mudah untuk dipecat. Bahkan kalau timnya kalah 10 laga beruntun pun mereka tidak akan dipecat. Itulah yang dirasakan manajer Orient, Russell Slade saat itu.
Betapa bahagianya Russell menerima Kane. Sebab sang pemain sudah tahu betul apa yang mesti dilakukan. Kane belajar dengan cepat. Meski tidak selalu turun sebagai starter. Ia membuat sembilan penampilan starter di League One, dan sembilan sisanya turun sebagai pemain pengganti. Kane mencetak lima gol dari 18 penampilannya itu di League One.
Mantra di Millwall
Kane memang tidak selalu menjadi starter di Orient. Namun, lima gol yang ia cetak memberi pertanda kelahiran striker nomor sembilan baru di Eropa. Sayangnya tidak ada yang memperhatikannya saat itu. Tak terkecuali Tottenham Hotspur. Ya itu wajar, lima biji gol adalah jumlah yang sedikit.
Namun, tim EFL Championship, Millwall melihat Kane dengan cara yang berbeda. Tim dengan ultrasnya yang terkenal menakutkan itu tidak sinis dengan jumlah gol Harry Kane. Mereka tidak mau melepas kesempatan untuk meminjamnya dari Spurs.
18-year-old Harry Kane for Millwall during the 2011/2012 season:
β 27 games
β½οΈ9 goals
π °οΈ5 assistsA loan that saved Millwall from relegation and made him a man. pic.twitter.com/V2SlyChmAi
β Football Talent Scout β Jacek Kulig (@FTalentScout) January 12, 2021
Setelah dari Orient, Kane pun dipinjamkan ke Millwall. Kali ini ia naik kasta tanpa bersama Orient yang di ujung musim 2010/11 berada di posisi tujuh kasta ketiga. Di Millwall, Kane kian menunjukkan kematangannya sebagai seorang striker. Ia bukan lagi Kane muda, melainkan seorang profesional.
Sentuhan, gerakan, dan penyelesaian akhir yang luar biasa semuanya terintegrasi dalam diri Kane. Etos kerjanya juga meningkat. Kane selalu menuntut lebih banyak dari yang mampu dilakukannya. Bersamaan dengan itu, Kane juga berubah menjadi pribadi yang dingin.
Kane memang tidak memiliki kecepatan. Namun, saat di Millwall, ia memiliki kecerdasan dan kedewasaan seorang pemain dengan lebih banyak pengalaman. Di Millwall, Kane selalu menjadi andalan. Total ia memainkan 22 laga Championship, 19 laga di antaranya menjadi starter. Ia mengemas tujuh gol dari 22 laga tersebut.
Dipinjamkan Lagi ke Norwich City
Setelah musim yang cukup mengagumkan di Millwall, Kane pulang ke Spurs Mei 2012. Ia berharap kali ini bisa menembus tim utama di bawah manajer anyar, Andre Villas-Boas. Impian itu diwujudkan oleh Villas-Boas. Kane memperkuat tim utama di laga pra-musim 2012/13 kontra Southend United.
Kane malah sanggup mencetak hattrick di laga tersebut. Ia lalu merasakan sensasi bermain di Liga Premier Inggris di pekan-pekan awal musim itu, ketika masuk sebagai pemain pengganti saat menghadapi Newcastle United. Sayangnya, itu tidak bertahan lama.
Tottenham memboyong Clint Dempsey dan Emmanuel Adebayor. Klub pun memutuskan buat meminjamkan lagi Harry Kane, kali ini ke Norwich City. Kane menghabiskan musim 2012/13 sebagai pemain Norwich, yang waktu itu juga berlaga di Liga Primer.
If Harry Kane had stayed at Norwich City he would have won 3 trophies by now instead of 0. π pic.twitter.com/az0EFN03CR
β KYSTAR (@KYSTAR) October 8, 2022
Namun, ia justru mengalami masa sulit di Norwich. Tulang metatarsal kelima di kaki kanannya patah, dan itu menghancurkan karier Kane di sana. Kane hanya tampil lima laga di segala kompetisi bersama Norwich. Menit bermainnya cuma 230 menit dan tak mencetak satu pun gol.Β
Sebelum cedera, Kane juga sempat diturunkan ke tim U-21 Norwich dan mencetak dua gol di sana. Padahal menurut bek Norwich sekaligus rekan Kane, Leon Barnett, Kane adalah striker dengan arah tembakan yang sulit ditebak. Saat latihan, Barnett mengatakan, ia bisa menghalau tembakan semua pemain, tapi tidak dengan tendangan Kane.
Masa Sulit di Leicester City
Kane yang sudah menginjak 19 tahun akhirnya pulang ke Tottenham Hotspur. Namun, Kane sepertinya tidak masuk dalam rencana Tim Sherwood. Kane dipinjamkan lagi, kali ini ke Leicester City di pertengahan musim 2012/13. Akan tetapi, kelak peminjaman ini hanya berlangsung kurang lebih empat bulan.
Pada waktu itu, The Foxes bukannya tidak memiliki striker andalan. Ada Chris Wood dan David Nugent. Kane pun harus terima nasibnya seperti Jamie Vardy yang kala itu masih menjadi pelapis. Leicester berjuang di EFL Championship musim itu bersama pelatih Nigel Pearson.
Kane bermain di 15 laga bersama Leicester. Namun, ia lebih sering menjadi pemain pengganti. Ia mendapat cukup kepercayaan dari Pearson, meski hanya bisa mencetak dua gol saja. Kane diturunkan di dua laga play-off Championship. Ya, di akhir musim 2012/13, The Foxes berkesempatan untuk naik ke Premier League.
Namun, langkah mereka terhenti di babak semifinal. Usai menang 1-0 di leg pertama, Leicester justru takluk atas Watford di leg kedua 3-1. Kane tidak berbuat banyak di laga itu. Akan tetapi, Leicester punya keinginan untuk mempermanenkannya.
Mereka melihat Kane adalah striker yang punya progres baik. Namun, The Lilywhites tidak merestuinya. Spurs pun memulangkannya kembali. Dan sejak saat itu, Kane menjadi andalan The Lilywhites. Apalagi ketika Lili Putih ditukangi Mauricio Pochettino yang memberi kepercayaan penuh pada Harry Kane.
Sumber: INewsUk, Independent, BR, TheGuardian, LeicesterMercury, Independent2, Livermint