
PUTUSNYA Hubungan Wiljan Pluim dan PSM Makassar
admin
- 0
- 38
Dear, fans PSM Makassar, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tak ada yang pernah mengira hari ini akan datang. Fans harus legowo dengan berakhirnya kisah romantis PSM dengan Wiljan Pluim. Juku Eja resmi memecat pemain asal Belanda itu.
Setelah melalui proses diskusi panjang, PSM dan Pluim akhirnya bersepakat untuk mengakhiri kerjasama yang telah terjalin lebih dari 7 tahun. Pluim meninggalkan Laskar Ayam Jantan bukan tanpa legacy. Gelandang asal Belanda itu meninggalkan PSM dengan segudang prestasi.
Ia bahkan jadi satu-satunya pemain asing yang setia sama PSM sejak tahun 2016. Namun, kini kisahnya tinggal kenangan. Ia bukan lagi bagian dari Juku Eja. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa romantisme keduanya harus berakhir?
Sejak 2016
Kebersamaan Wiljan Pluim dengan PSM Makassar terjalin sejak tahun 2016. Ia jadi salah satu pemain asing paling awet untuk membela satu tim saja dalam bertahun-tahun. Awalnya, klub Pluim sebelum PSM, yakni Becamex Binh Duong yang juga tampil di level Asia memutus kontrak Pluim tahun 2016.
Alasannya cukup sulit diterima. Binh Duong terkesan tak bertanggung jawab atas pemainnya. Pluim kala itu menderita infeksi usus sehingga absen selama beberapa bulan. Pihak klub ogah membayar gaji pemain yang tidak bisa tampil. Pemecatan itu membuat nasib Pluim tanpa kejelasan. Ia sampai numpang latihan di Da Nang FC karena sulit mendapat klub.
Euro Soccer Advice selaku agen yang mengurus transfer Pluim pun akhirnya menawarkan sang pemain ke Indonesia. PSM Makassar jadi yang paling tertarik kala itu. Di usianya yang ke-27 tahun, ia bergabung ke PSM saat kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) sudah separuh jalan.
Awal kedatangannya di Makassar, Pluim kesulitan untuk beradaptasi dengan intensitas sepakbola Indonesia yang mengandalkan kecepatan. Ia bahkan sempat jadi bahan olok-olok fans karena dinilai sebagai pemain malas dengan pergerakannya yang lambat.
Tetapi, pelatih kala itu, Robert Rene Alberts tetap percaya pada potensi Pluim. Ia bersikukuh untuk tetap mempertahankannya hingga musim baru Liga 1 tahun 2017 dimulai. Bahkan dari seluruh pemain asing Juku Eja, hanya Pluim yang dipertahankan kala itu.
Kesetiaan Wiljan Pluim
Kepercayaan itu dibalas kontan oleh Pluim. Ia menampilkan permainan yang sangat memukau di musim-musim berikutnya. Skill individu, visi bermain dan kepemimpinannya di lini tengah menuai decak kagum dari para penonton dan pengamat sepakbola Indonesia.
Sejak saat itu, Pluim jadi motor serangan PSM dalam beberapa tahun ke depan. Pemain asing lain seperti Marc Klok, Aaron Evans, hingga Eero Markkanen bergantian pergi meninggalkan stadion Andi Mattalatta Mattoanging. Tapi tidak dengan Pluim. Meski banyak klub lokal maupun luar negeri meminatinya, cinta dan kasihnya hanya untuk Juku Eja.
Ketika tim sedang mengalami inkonsistensi performa, Pluim tetap bersama PSM. Susah senang dilalui bersama. Awalnya tak terbesit sedikitpun niat untuk meninggalkan Makassar. PSM dan Pluim memang memiliki hubungan simbiosis mutualisme. PSM diuntungkan dengan kualitas Pluim, sedangkan sang pemain diselamatkan kariernya ketika terbuang di Vietnam.
Masalah Internal Klub
Pluim merasa Makassar sebagai rumah keduanya dan seluruh pemain dan staff adalah keluarganya di Indonesia. Berkat kesetiaan dan penampilan apik bersama tim, pada tahun 2021 manajemen PSM sampai berani memberinya kontrak jangka panjang hingga tahun 2024. Namun, setelah kontrak ditandatangani, masalah justru mulai bermunculan.
Semua berawal sejak mangkraknya renovasi stadion Mattoanging karena ulah oknum yang mengkorupsi dana pembangunan. Hal itu membuat PSM harus menjadi tim musafir untuk sementara waktu. Biaya akomodasi dan transportasi menjadi salah satu yang membuat pengeluaran PSM membengkak.
Krisis ekonomi pun kian menggerogoti tubuh PSM Makassar. Hal itu berimbas kepada menunggaknya gaji para pemain. Saking kere-nya PSM, sang pelatih, Bernardo Tavares sampai menjual beberapa barang pribadinya untuk membantu klub menggaji pemain.
Di tengah kesulitan tersebut, Pluim dan beberapa pemain lain masih berusaha mencari jalan keluar agar masih bisa berseragam PSM. Namun, karena tak kunjung menemui titik terang akhirnya keputusan berat harus diambil. Pluim harus angkat kaki dari Makassar.
Sudah Menghilang Sejak Agustus
Founder Bosowa Corps, Aksa Mahmud disebut-sebut sosok yang mengintervensi PSM Makassar untuk memecat salah satu pemain terbaiknya itu. Secara terang-terangan, Aksa memecat Pluim di depan awak media. Menurut Aksa, Wiljan Pluim sudah terlalu tua untuk tim berjulukan Juku Eja.
“Staminanya sudah menurun. Lihat, Pluim sudah tak bisa lari to,” kata beliau dengan aksen Makassar yang begitu kental. Aksa Mahmud bahkan berkelakar kalau akan mengganti Pluim dengan pemain asing yang jauh lebih hebat. Pernyataan ini malah justru terlihat menggelitik. Buat bayar pemain saja sulit, kok mau datengin pemain bintang?
Sedangkan menurut perwakilan PSM, dipecatnya Pluim karena sang pemain sudah mangkir dalam 7 laga di Liga 1 2023/24. Itu menandakan kalau Pluim sudah menghilang dari skuad sejak Agustus kemarin. Namun, di sisi lain ada yang memberitakan kalau mangkirnya Pluim karena ada rangkaian permasalahan internal, salah satunya tentu saja berkaitan dengan gaji.
Prestasi Pluim Bersama PSM
Meski sudah ada tanda-tanda sebelumnya, pemecatan pemain asli Belanda itu tak ubahnya seperti petir di siang bolong. Kedua pihak menyadari betul bahwa walau berat, pada akhirnya perpisahan adalah sesuatu yang tak bisa terhindarkan. Tapi itu telah menimbulkan respons beragam, terutama dari pelatih dan fans.
PSM MAKASSAR JUARA LIGA 1 INDONESIA 🔥
Ini jadi gelar ke-7 bagi Juku Eja, usai terakhir kali mereka juara domestik pada 23 tahun yang lalu, yaitu musim 1999/2000 😳
Musim lalu finish di peringkat 14 sekarang juara Liga 1. PSM Against the Odds 🤯
Selamat #BukaPuasaGelar PSM 😇 pic.twitter.com/rvJ6ubuhsP
— Box2Box Football (@Box2BoxBola) March 31, 2023
Sang pelatih, Tavares tak mau banyak bicara. Ia menekankan kalau statusnya di klub cuma sebagai pelatih saja. Jadi, keputusan-keputusan yang bersifat mendesak bukan lagi tanggung jawabnya. Sementara itu, penggemar sangat kecewa terhadap keputusan PSM mendepak Pluim.
Sikap PSM dianggap oleh penggemar sebagai bentuk ketidakhormatan klub kepada sang legenda. Seharusnya, PSM bisa mempertahankan pemainnya. Itung-itung untuk berterimakasih atas jasa-jasanya selama tujuh tahun dua bulan ini.
Tak bisa dipungkiri, Pluim merupakan salah satu pemain yang mengerek performa PSM dalam beberapa tahun terakhir. Dengan gaya bermain dan kepala plontos, gerak-geriknya bisa dimiripkan dengan Zinedine Zidane ketika masih berseragam Real Madrid. Selain membawa tim juara Liga 1 2022/23 dan Piala Indonesia 2018/19, mantan pemain Vitesse itu bahkan masih terpilih sebagai pemain terbaik Liga 1 musim lalu.
Borneo Jadi Pilihan Pluim
Namun nasi sudah menjadi bubur. Keputusan sudah diambil dan kini Wiljan Pluim berstatus tanpa klub. Lantas, di usianya yang sudah 34 tahun langkah apa yang akan diambil? Kabarnya, meski sudah dicap sebagai pemain malas dan nggak bisa lari, Pluim belum sepi peminat.
Itu dibuktikan dengan tak sulitnya Pluim menemukan klub baru. Baru beberapa hari dilepas, Pluim sudah resmi bergabung dengan Borneo FC. Dengan tambahan Wiljan Pluim, materi skuad asuhan Pieter Huistra bakal makin ngeri. Apalagi Pesut Etam sedang memimpin klasemen sementara Liga Indonesia. Hmmm, apakah Pluim bisa bikin barisan para fans PSM patah hati dengan mengantarkan Borneo juara musim ini?
Sumber: Indosport, CNN, Bolasport, Bola