
Sesangar Apa Jika Lulusan Terbaik La Masia Jadi Satu Tim?
admin
- 0
- 28
Susah pangan ternyata bisa dialami oleh klub raksasa macam Barcelona. Barca Universal melaporkan kalau krisis finansial hebat yang melanda benar-benar memaksa klub untuk melakukan penghematan sampai di luar hal teknis. Terbaru, mereka bahkan menghilangkan layanan antar jemput dan agenda makan siang bersama demi memangkas pengeluaran.
Meski demikian, La Masia tetap dikenal sebagai pabriknya pemain-pemain hebat. Seiring banyaknya talenta yang dihasilkan, standar klub terhadap hasil lulusan pun semakin tinggi setiap tahunnya. Lantas, akan sekuat apa kalau setiap lulusan terbaik dari seluruh generasi dikumpulkan menjadi satu tim?
Penjaga Gawang
Jika semua bakat yang pernah lahir dari rahim La Masia dikumpulkan. Barangkali formasi 4-4-2 akan jadi skema terbaik. Dimulai dari penjaga gawang, akademi Barcelona pernah menghasilkan beberapa nama populer. Tapi yang paling layak untuk mengisi pos ini adalah Victor Valdes. Selain karena ia lama membela Barcelona, ia juga orang asli Catalan.
Valdes sudah bergabung dengan tim muda Barcelona sejak tahun 1992. Tepatnya pada saat usianya menginjak sepuluh tahun. Kurang lebih selama delapan tahun Valdes menimba ilmu di La Masia. Sebelum akhirnya mendapat kesempatan berharga dari Louis Van Gaal untuk melakoni debut di skuad utama La Blaugrana pada tahun 2002.
Setelah itu, Valdes membangun reputasinya sebagai legenda di Barcelona. Ia mencatatkan 500 penampilan di semua kompetisi, serta memenangkan beberapa gelar bergengsi termasuk enam gelar La Liga dan tiga gelar Liga Champions. Namun, jika klub ingin bermain dengan mengandalkan penjaga gawang modern, La Masia pernah memiliki Andre Onana.
Bukan rahasia lagi kalau Onana pernah menimba ilmu di La Masia antara tahun 2010 hingga 2015 sebelum akhirnya bergabung dengan Ajax Amsterdam. Meski tak pernah menembus skuad utama La Blaugrana, Onana layak untuk masuk daftar ini.
Penjaga gawang yang kini bermain untuk Manchester United telah berevolusi menjadi salah satu penjaga gawang terbaik di dunia. Kemampuan kakinya tak kalah hebat dengan refleknya. Itu sudah terbukti dalam setahun terakhir kala dirinya masih berseragam Inter Milan. Dua penjaga gawang ini jadi ramuan terbaik untuk menjadi palang pintu terakhir.
Lini Bertahan
Berlanjut pada lini bertahan, dream team ini akan mengenakan formasi empat bek. Dua bek tengah tentu saja akan diisi oleh Carles Puyol dan Gerard Pique. Meski beda generasi, keduanya sama-sama lulusan La Masia. Keduanya juga pernah berduet bersama di era 2000-an akhir.
Di Barcelona, Puyol berperan sebagai pemain yang lebih senior dari Pique. Barcelona memang sudah mendarah daging dalam diri Puyol. Pemain yang identik dengan rambut keriting itu sudah berseragam Barca sejak tahun 1996. Berawal dari Barcelona C, El Tiburon butuh empat tahun untuk menembus skuad utama.
Beda dengan Puyol yang sudah sejak kecil tak pernah berganti klub, Pique sempat beberapa kali pindah klub. Meski sudah bergabung dengan Barcelona sejak tahun 1997, Pique tak langsung bermain di skuad utama El Barca. Ia lebih dulu merantau ke Inggris untuk bermain di Manchester United tahun 2004.
Pique satu tim dengan Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo saat membawa United juara Liga Champions tahun 2008. Pasca menjuarai kompetisi tersebut, Pique pulang kampung ke Barcelona. Sejak saat itu, jiwa dan raganya hanya untuk La Blaugrana.
Keduanya sempat bahu membahu mengantarkan Barca ke tangga kejayaan. Namun, Puyol yang sudah termakan usia akhirnya pamit lebih dulu di tahun 2014. Sedangkan Pique masih terus bermain hingga tahun 2023. Keduanya sama-sama mengakhiri karir di Barcelona, klub masa kecil mereka.
Bek Sayap
Sementara untuk kedua bek sayap, sisi kiri sudah pasti akan ditempati oleh Jordi Alba. Pemain yang kini bermain di Inter Miami itu sudah bergabung dengan akademi Barcelona sejak 1998. Namun, karir awalnya di Barcelona tak begitu mulus. Setelah lulus dari La Masia, ia dibuang ke Cornella dan akhirnya melakoni debut profesional bersama Valencia.
Alba mendapat kesempatan kedua dari Barcelona pada tahun 2012. Kedatangannya untuk menggantikan posisi Eric Abidal yang memiliki masalah pada organ hatinya. Pada dasarnya lulusan La Masia, tak sulit bagi Alba untuk nyetel dengan filosofi sepakbola Barcelona. Di musim pertamanya, ia langsung jadi pilihan utama di skuad Tito Vilanova.
Sejak itu, posisi Alba tak tergantikan. Siapapun pelatihnya, Alba selalu jadi pilihan utama di sektor kiri. Sementara di pos kanan, ada dua nama yang bersaing ketat untuk masuk ke daftar kali ini. Mereka adalah Sergi Roberto dan Hector Bellerin. Keduanya sama-sama pernah membela Barcelona senior, tapi Bellerin memiliki jalan karir yang berbeda. Ia lama di Arsenal sebelum akhirnya bergabung dengan Barca pada tahun 2022.
Sedangkan Roberto tak pernah mencicipi bermain di klub lain selain Barca. Sejak tahun 2012, ia sudah bergabung dengan skuad utama dan tak pernah pindah maupun dipinjamkan. Dengan kecepatan dan naluri menyerangnya yang tak kalah dengan Bellerin, Roberto layak menjadi pilihan utama di skuad ini.
Double Pivot
Naik ke posisi gelandang, tim ini akan menggunakan duo pivot. Dua pemain yang layak untuk menghuni posisi ini adalah Pep Guardiola dan Sergio Busquets. Dua pemain lintas generasi ini memiliki beberapa kesamaan gaya bermain. Tapi, jika dilihat lebih seksama mereka memiliki karakter yang berbeda. Busquets lebih stylish dengan gerakan tipu yang mematikan. Sementara, Guardiola tidak.
7. Sergio Busquets (36 trophies 🏆)
The Sabadell-born player won 32 trophies with Barcelona, including nine La Liga titles and three Champions Leagues. Won three trophies with Spain: the World Cup in 2010, the European Championship in 2012 and the UEFA Nations League 2023. pic.twitter.com/78oNqAIXhu
— Obi Melano (@officialobiorah) August 22, 2023
Guardiola sudah bergabung dengan akademi Barcelona sejak 1984. Namun baru bisa mencicipi skuad utama pada tahun 1990. Dalam skuad bayangan ini, ia bisa memainkan peran lebih kedalam untuk membantu lini bertahan karena ia juga pandai dalam membaca arah bola.
Sementara Busquets akan menjadi penghubung antar lini dan pengatur tempo. Nantinya, mereka berdua akan ditemani oleh dua gelandang legendaris lainnya, yakni Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Jika Xavi merupakan pemain yang pernah bermain dengan Pep, Iniesta justru berada di generasi yang cukup jauh dibawahnya. Tercatat, ia baru bergabung dengan La Masia pada 1996.
Keduanya akan bertugas sebagai playmaker. Iniesta dan Xavi lah yang akan membongkar pertahanan lawan dengan mengandalkan kreativitasnya. Keduanya membangun reputasi sebagai salah satu duo gelandang paling kreatif dalam bertahun-tahun.
Umpan-umpannya bagai goresan kuas diatas kanvas. Permainan bola mereka bak karya seni saking kerennya. Keduanya juga telah menghasilkan belasan trofi bergengsi untuk Barcelona.
Penyerang
Nah, untuk lini serang tim ini akan menggunakan dua penyerang. Sebetulnya La Masia pernah menghasilkan striker nomor 9 macam Mauro Icardi atau Munir El-Haddadi. Tapi, Barca bukan tipikal tim yang identik dengan striker murni. Karena mereka lebih mengutamakan penguasaan bola dan variasi serangan melalui bola bawah.
So, memasang Lionel Messi dan Pedro di lini depan akan menjadi pilihan yang paling tepat. Kecepatan dan kelincahan mereka bisa merepotkan lini bertahan lawan. Messi akan memainkan peran sebagai striker yang lebih kreatif. Entah melalui gocekan atau umpan-umpan tak terduga miliknya.
Pedro juga bisa mengemban peran seperti itu, tapi Pedro lebih bisa membuka ruang dan sesekali menusuk ke pertahanan lawan. Kira-kira berapa trofi yang dihasilkan dari tim yang berisikan lulusan terbaik La Masia ini?
Sumber: Planetfootball, Transfermarkt, BR, Khelnow