
Start Terburuk MU, Apa Perlu Memecat Ten Hag?
admin
- 0
- 37
Ketika tagar #TenHagOut sudah bertebaran di seluruh media sosial, itu tandanya kondisi Manchester United sedang tidak baik-baik saja. Ya, klub yang bermarkas di Old Trafford itu sedang terperosok di peringkat sepuluh klasemen sementara Liga Inggris. Setan Merah tercatat hanya kumpulkan sembilan poin dari 21 poin maksimal yang bisa didapat.
Terakhir, MU baru saja kalah 1-0 dari Crystal Palace yang sudah lebih dulu dikalahkan di Carabao Cup. Kekalahan ini membuat United mencatatkan rekor start terburuk sepanjang keikutsertaannya di Premier League. United baru mengantongi tiga kemenangan dari tujuh penampilan. Sisanya berakhir dengan kekalahan.
Situasi ini jadi mengherankan. Beli pemain sesuai kemauan Ten Hag? Udah. Membuang pemain-pemain yang tak masuk dalam skemanya? Udah. Ia bahkan diberikan kebebasan untuk membangun kembali tim. Tapi kok ya masih aja struggle. Padahal musim lalu udah lumayan. Lantas apa yang salah dari skuad Manchester United musim 2023/24?
Banyak Pemain Andalan Absen
Permasalahan Manchester United sudah terlihat sejak pra-musim. Salah satu yang paling menonjol adalah banyaknya pemain United yang mengalami cedera. Dimulai dengan sang rising star, Kobbie Mainoo yang digadang-gadang bakal jadi tandem Casemiro di lini tengah justru alami cedera engkel.
Bak penyakit menular, setelah itu banyak pemain lain yang ikut tumbang karena cedera. Tercatat pemain penting macam Luke Shaw dan Lisandro Martinez juga dikabarkan harus absen dalam waktu lama. Sebelumnya, pemain-pemain macam Raphael Varane, Rasmus Hojlund, Sofyan Amrabat hingga Mason Mount juga sempat cedera di pekan-pekan awal.
Meski beberapa sudah kembali bermain, masih ada enam pemain yang belum bisa diturunkan dan mayoritas adalah pemain belakang. Itu sudah pasti membuat Erik Ten Hag kesulitan dalam menyusun skuad utamanya di tengah jadwal pertandingan yang padat.
United bahkan beberapa kali harus memasang Sofyan Amrabat sebagai bek kiri karena Luke Shaw, Tyrell Malacia, dan Sergio Reguilon masih harus menjalani tahap pemulihan. Belum lagi Ten Hag juga belum bisa memainkan dua pemain sayapnya, yakni Jadon Sancho dan Antony yang harus keluar dari skuad karena permasalahan di luar lapangan.
Mempengaruhi Pola Permainan
Cedera dan tak tersedianya beberapa pemain menimbulkan efek domino yang mempengaruhi pola permainan Manchester United. Tidak adanya Luke Shaw dan bek tengah yang piawai memainkan bola seperti Lisandro Martinez membuat Ten Hag tak bisa menampilkan Ten Hag Ball dengan maksimal. Opsi umpan saat build up jadi berkurang.
Build up Manchester United yang dimulai dari Andre Onana mulai terbaca. Dengan tak adanya pemain bertahan yang pandai memainkan bola ketika menghadapi high press, Onana cenderung akan melepaskan umpan ke sisi lain atau membuang bola jauh ke depan. Situasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Arsenal dan Tottenham.
Meski dalam keadaan tak menguasai bola, Spurs dan Arsenal bisa mengarahkan Onana untuk mengumpan ke mana. Mereka kerap mengarahkan Onana untuk mengumpan bola ke Aaron Wan-Bissaka. Pemain asal Inggris itu jadi titik lemah di sektor pertahanan MU. Meski jago soal satu lawan satu, gerakannya acap kali masih kaku dan umpan-umpannya masih kerap salah. Jika sudah tertekan, bola akan lebih mudah dicuri darinya.
Permainan MU juga sering dibangun melalui sayap kanan. Tapi karena beberapa pemain sayap andalan tak bisa diturunkan, kualitas serangan MU jadi berpengaruh. Setidaknya ada tiga pemain sayap kanan yang mesti absen. Selain Sancho dan Antony, Amad Diallo juga belum bisa diturunkan karena cedera. Sedangkan Facundo Pallestri terlihat masih butuh waktu untuk menyesuaikan skema permainan.
Lini Tengah yang Belum Solid
Lini tengah jadi sektor vital bagi Manchester United musim lalu. Tapi musim ini lini tengah justru mengalami kemunduran yang signifikan. Hingga pekan ketujuh, Erik Ten Hag belum menemukan susunan pemain yang paten untuk mengisi lini tengah United.
Casemiro sudah jelas berperan sebagai gelandang bertahan, tapi yang jadi gelandang tengah dan serang masih belum jelas. Mason Mount, Christian Eriksen, dan Bruno Fernandes masih saling bergantian untuk mengisi posisi tersebut.
Musim lalu, ketika melawan tim-tim besar, lini tengah United memang tak banyak menguasai bola, tapi mereka bisa mendikte tempo permainan. Musim ini hal itu belum terlihat lagi. Menariknya, dengan tambahan Mount, lini tengah MU justru terlihat canggung satu sama lain.
Untuk memberikan ruang lebih kepada Bruno, Ten Hag memaksakan Mount untuk bermain sedikit lebih ke dalam. Namun, keputusan itu justru membuat penampilan Mount kurang mengesankan. Dirinya jadi jarang terlibat dalam permainan. Di pertandingan kontra Spurs kemarin saja, Mount hanya mencatatkan 27 sentuhan. Itu jadi yang terburuk dibandingkan pemain-pemain MU lain.
Mount yang tak terbiasa dengan peran barunya itu kerap out position. Casemiro yang sendirian pun dibuat kewalahan untuk menutup ruang. Tampaknya Casemiro cukup merindukan kehadiran Fred yang musim lalu banyak membantunya mengover ruang di lini tengah saat menghadapi serangan balik.
Ini jadi masalah penting yang harus diperbaiki Ten Hag. Sebetulnya, mendatangkan Sofyan Amrabat merupakan solusi dari masalah ini. Tapi sejauh ini, kita belum melihat Amrabat memainkan peran itu secara utuh karena masih dipakai sebagai seorang bek kiri.
Kesulitan Mencetak Gol
Bukan hanya soal bertahan dan kekompakan saja, United juga buruk saat menyerang. United baru mencetak tujuh gol dari tujuh pertandingan. Itu berarti, United hanya bisa menciptakan satu gol tiap pertandingan. Musim lalu, urusan mencetak gol tugas Marcus Rashford, tapi di musim ini sang pemain justru tampil mengecewakan.
Oper dong puh sepuh…
Kompilasi permainan Rashford semalam dari view tribun penonton.
Lemes banget, sering salah umpan, sering hilang bola.pic.twitter.com/VuyLppiyjU
— United About (@utdabout) October 1, 2023
Musim lalu, pemain United yang paling berbahaya saat melakukan transisi ofensif adalah Marcus Rashford. Tapi, etos kerja dan pengambilan keputusannya musim ini terbilang buruk. Ia bahkan sesekali tersorot kamera enggan mengejar bola saat Manchester United kehilangan penguasaan bola.
Performa buruknya diperkuat oleh sifat egoisnya. Rashford dicap sebagai pemain yang egois karena nggak mau ngumpan ke Hojlund. Momen yang paling ketara terjadi di laga melawan Brighton kemarin.
Pemain asal Inggris tersebut bisa saja mengarahkan bola ke arah Hojlund yang sudah dalam posisi siap mencetak gol. Namun Rashford justru melakukan sebaliknya. Dia memilih menyelesaikan sendiri bola tersebut, tetapi tendangannya malah membentur tiang gawang.
Lini depan United tampaknya belum terbiasa dengan skema permainan menggunakan striker murni di tengah. Ini harus jadi perhatian Ten Hag selanjutnya. Kalau tidak, maka pembelian Hojlund dirasa percuma karena pada akhirnya nggak kepakai.
Permasalahan di Luar Lapangan
Sebagian besar permasalahan United adalah soal kekompakan dan kemistri yang belum terbentuk. Tapi masalah di luar lapangan juga jadi perhatian akhir-akhir ini. Masalah di ruang ganti memang sudah jadi bahaya laten di tubuh Manchester United. Baru di awal musim saja, United sudah memiliki dua pemain yang problematik.
Yang pertama tentu kasus Antony dan kekasihnya yang membuat beberapa pemain trauma dan berwisata masa lalu dengan kasus rekannya terdahulu, Mason Greenwood. Kasus Antony belum kelar giliran Jadon Sancho yang tidak terima dengan alasan Erik ten Hag tidak memainkannya dalam pertandingan melawan Arsenal.
Keputusan Sancho mengungkap isi hatinya lewat media sosial membuat Erik ten Hag malah makin tak pernah memainkannya. Situasi ini juga membuat konsentrasi pelatih hingga pemain terpecah. Jadi tak heran kalau Manchester United mengalami start yang buruk. Wong diawali dengan berbagai permasalahan.
Sumber: Goal, Sky Sport, Premier League, BTL