
TAK DISANGKA! Klub AMPAS Ini Pernah ke FINAL Europa League
admin
- 0
- 69
Kompetisi kasta kedua Eropa yakni Piala UEFA atau Europa League biasanya selalu menciptakan kejutan. Sering kali tim medioker bersaing ketat dan bahkan sempat beberapa kali mencapai partai puncak. Padahal kalau di lihat di era sekarang, klub-klub tersebut sudah jarang terlihat lagi gaungnya. Bahkan nih, ada juga klub yang sudah bubar. Penasaran siapa saja klub tersebut?
Deportivo Alaves
Yang pertama ada Deportivo Alaves. Tepatnya musim 2000/01, klub berjuluk Los Blanquiazules tersebut mengejutkan Eropa dengan masuk final yang digelar di Westfalenstadion.
Kok bisa klub seperti Alaves ikut kompetisi eropa? Ya, karena mereka di musim sebelumnya finish di posisi 6 La Liga dan berhak mengikuti kualifikasi Piala UEFA. Padahal di musim tersebut, materi pemain Alaves notabene adalah kelas medioker. Paling yang terkenal ada Cosmin Contra maupun anak Johan Cruyff, Jordi Cruyff. Pelatihnya pun kelas medioker yakni Jose Manuel Esnal.
Yang paling diingat dari keperkasaan mereka sampai final adalah, kala menjungkalkan raksasa Italia, Inter Milan. Nerazzurri yang bermaterikan bintang macam Recoba maupun Vieri, takluk dalam dua leg dengan agregat 5-3.
Di final, meski kalah namun sangat terhormat. Perjuangan tanpa lelah melawan Liverpool asuhan Gerard Houllier patut diacungi jempol. Alaves mampu menahan imbang The Reds 4-4 di waktu normal. Mereka hanya kalah beruntung, ketika gawang mereka dijebol di babak perpanjangan waktu oleh pemainnya sendiri, Delfi Geli.
Sejak itu, kisah Alaves menggemparkan Eropa tak lagi terdengar. Tim ini bahkan mengalami penurunan. Mereka bolak-balik La Liga dan Segunda. Musim ini bahkan Alaves baru kembali ke La Liga. Performanya pun masih jauh seperti Alaves yang dulu.
Middlesbrough
Berikutnya Middlesbrough atau The Boro. The Boro mengejutkan Eropa ketika mencapai final Piala UEFA di musim 2005/06. Saat itu pelatihnya adalah yang kini jadi asisten pelatih di MU, Steve McClaren.
The Boro masuk Piala UEFA setelah finish di posisi 7 Liga Inggris musim sebelumnya. Jalan anak asuh McClaren tersebut ternyata mulus-mulus saja sejak di babak kualifikasi.
ON THIS DAY 2006: Middlesbrough in Eindhoven for the UEFA Cup Final against Sevilla #MFC #BORO pic.twitter.com/sc1GRdz0CE
β FootballAwaydays (@Awaydays23) May 10, 2023
Gacornya The Boro di Eropa tak luput dari para pemainnya seperti Gaizka Mendieta, Mark Viduka, Stewart Downing, Yakubu, Hasselbaink, maupun pelatih Inggris saat ini, Gareth Southgate.
Tak main-main tim yang dikandaskan The Boro dalam perjalanannya menuju final. Ada AS Roma asuhan Spalletti. Giallorossi mereka kandaskan di babak kedua knockout dengan agregat gol tandang 2-2. Saat langkah The Boro terus melaju, tim asuhan McClaren semakin tak memikirkan kondisi di kompetisi domestik. Buktinya, di musim tersebut The Boro tercecer dan hanya finish di posisi 14 Liga Inggris.
Obat pelipur lara pun tak bisa didapat The Boro, karena di partai final Piala UEFA mereka hanya bisa menanggung malu. The Boro ditelan habis oleh Sevilla 4-0 tanpa balas. Southgate dan kawan-kawan hanya bisa melongo melihat anak asuh Juande Ramos berpesta di Philips Stadium.
Cerita manis mencapai final tersebut kini belum pernah lagi terulang. Mereka bahkan kini masih berkutat di Championship. Peluang mereka promosi ke Liga Inggris di musim lalu pun gagal terwujud bersama Michael Carrick.
Espanyol
Berikutnya ada Espanyol. Klub Catalan ini di musim 2006/07, sempat tampil apik dan mencapai final Piala UEFA. Lihat dulu dong siapa yang melatih? Ia adalah Ernesto Valverde. Valverde adalah pelatih baru Espanyol musim tersebut menggantikan Miguel Lotina. Materi pemainnya pun tak terlalu mentereng. Mungkin yang terkenal hanya Kameni, Pablo Zabaleta, Walter Pandiani, Albert Riera, maupun Ivan De La Pena.
πPODCAST π¨
Espanyol played in the Europa League last night, the first time since their UEFA Cup Final heartbreak back in 2007π
We relive some of the great memories of that emphatic run to face Sevilla in the final in GlasgowποΈ
π: https://t.co/8fojPH71as#LLL
π§‘πͺπΈβ½οΈ pic.twitter.com/jXZoyBJu92β La Liga Lowdown π§‘πͺπΈβ½οΈ (@LaLigaLowdown) September 20, 2019
Espanyol juga tidak terlalu menawan penampilannya di La Liga. Mereka tampil di Eropa itu berkat menjuarai Copa Del Rey ketika mengalahkan Real Zaragoza.Saat sudah berjuang di Piala UEFA, mereka mampu tampil all out. Hasilnya, Espanyol menyingkirkan tim-tim seperti Ajax di fase grup. Memulangkan Benfica dan Werder Bremen di babak knockout.
Sampailah mereka di final yang sudah dinant Sevilla. Masih diasuh Juande Ramos, kekuatan Sevilla tak banyak berubah. Tapi anak asuh Valverde tak takut dan mampu tampil spartan di Hampden Park Glasgow. Buktinya skor 2-2 berakhir hingga laga dilanjutkan dengan adu penalti. Sayang Espanyol belum beruntung. Espanyol kalah 3-1 di babak tos-tosan.
Apa boleh buat, momen spesial Espanyol itu tak lagi berlanjut di musim-musim berikutnya. Espanyol kini hanyalah tim medioker belaka. Bahkan mereka musim lalu sempat terdegradasi dari La Liga. Ya, musim ini mereka masih harus berjuang di Divisi Segunda.
Werder Bremen
Berikutnya ada Werder Bremen. Musim 2008/09, Bremen sempat tampil dulu di Liga Champions setelah menjadi runner-up Bundesliga di musim sebelumnya. Namun, karena hanya duduk di peringkat tiga di grup, mereka terlempar ke Piala UEFA.
Materi pasukan Bremen di musim tersebut sebenarnya tak kaleng-kaleng. Ada sejumlah pemain terkenal seperti Mesut Ozil, Claudio Pizarro, Per Mertesacker, maupun Diego Ribas. Bremen ketika itu dilatih Thomas Schaaf. Pelatih yang juga mampu mempersembahkan gelar DFB pokal bagi Bremen di musim tersebut.
Jadi, wajar saja kalau tim ini mampu tampil apik di Piala UEFA. Tampil dari fase knockout, mereka bahkan mengalahkan AC Milan di second round. Mengandaskan tim macam Saint Etienne, Udinese, maupun Hamburg di babak berikutnya. Sayang, di final yang berlangsung di Istanbul, mereka tak bisa mengandaskan wakil Ukraina, Shakhtar Donetsk. Klub Ukraina yang masih dibela Willian dan Fernandinho itu menang tipis 2-1 atas Bremen.
2009. Istanbul.
Willian’s Shakhtar beat Mesut Ozil’s Werder Bremen in the UEFA Cup final.
Tonight, they meet on the big stage again ππ pic.twitter.com/88QAqC2VgF
β B/R Football (@brfootball) May 29, 2019
Ya, pencapaian Mesut Ozil dan kawan-kawan mencapai final tersebut kini hanya tinggal kenangan. Pasalnya, kini Werder Bremen hanya jadi klub medioker di Bundesliga. Mereka bahkan sempat terdegradasi dari Bundesliga di musim 2020/21. Meski kini sudah kembali lagi ke Bundesliga, mereka tetap hanya berkutat di papan tengah klasemen.
Dnipro
Berikutnya ada klub bernama Dnipro Dnipropetrovsk. Melihat namanya saja kurang populer. Tapi yang spesial dari Dnipro ini adalah pernah mengejutkan di kompetisi Europa League musim 2014/15 dengan masuk final.
Dnipro ini masuk ke Europa League berkat menjadi peringkat dua di Liga Ukraina musim sebelumnya. Tak disangka klub antah berantah ini mampu mulus melaju di Piala UEFA.
Padahal nih ya, materi pemainnya juga jarang dikenal.
Mayoritas pemainnya adalah local pride Ukraina. Yang agak mendingan dikenal mungkin Nikola Kalinic maupun Yven Konoplyanka. Tapi, jangan tanya penampilan di lapangan. Anak asuh pelatih lokal Myron Markevych selalu tampil spartan.
Sebagai bukti, apa yang terjadi ketika mereka menyingkirkan Napoli di babak semifinal. Bisa-bisanya Napoli asuhan Rafa Benitez yang bermaterikan Higuain, Insigne, Hamsik, maupun Jorginho bertekuk lutut dengan agregat 2-1.
Sampai ke final di Warsawa menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi Dnipro. Meski sudah berjuang hingga titik darah penghabisan, mereka masih belum bisa mengalahkan sang penguasa Europa League. Sevilla. Mereka hanya kalah tipis 3-2.
Tapi sayang, satu tahun kemudian mereka dihukum larangan bermain di Eropa karena masalah keuangan yang dilanggar. Dnipro terbukti belum membayar gaji para pemain dan pelatihnya.
Bahkan nasib mereka makin tak karuan dan sempat terdegradasi sampai ke liga amatir Ukraina. Alhasil di 2019, para pemain dan pelatihnya kompak eksodus ke klub baru bernama SC Dnipro-1. Dan mulai tahun itu juga nama klub Dnipro Dnipropetrovsk tak ada lagi alias bubar.
Sumber Referensi : thesefootballtimes, 90min, thesefootballtimes, dw.com, thesefootballtimes