Terseok-seok di Europa League, De Zerbi Akui Timnya Masih Belum Pantas di Eropa

Sepak bola tingkat Eropa memang terbukti lebih sulit dibanding kompetisi domestik. Itu yang sudah dirasakan oleh Brighton sekarang. Mereka tampil menggemparkan di Premier League musim kemarin. Tapi, terbukti kesusahan di Europa League.

Terakhir, pasukan Roberto De Zerbi hanya bisa bermain imbang lawan Marseille dengan skor 2-2. Itupun berkat penalti di menit-menit akhir dari Joao Pedro. Penalti tersebut menyelamatkan mereka.

Meski imbang, ini tetaplah bersejarah. Ini merupakan poin pertama mereka dalam sejarah mereka di kompetisi Eropa. Meskipun begitu, jangan sampai ini jadi poin terakhir. Meskipun De Zerbi sendiri mengakui kalau sepak bola eropa lebih sulit, tapi Brighton diharapkan tetap memberikan perlawanan di Europa League.

Masih Jadi Tim Ampas di Eropa

Musim kemarin Brighton adalah tim kuda hitam yang menggemparkan para penggemar Premier League. Hanya ada sedikit orang yang mengenal Brighton sebelumnya. Tapi musim 2022/23 semua itu berubah.

Dimulai dengan pelatih Graham Potter menampilkan sepakbola atraktif, kemudian dilanjutkan dengan De Zerbi yang selalu berinovasi. Dengan skuad berbakat, mereka menerjang segala rintangan di Premier League. Musim kemarin mereka telah mengalahkan Manchester United baik di kandang maupun tandang. Juga pernah mengalahkan Liverpool 3-0.

Akhirnya di akhir musim 2022/23, mereka bisa mengumpulkan 62 poin dengan agresivitas gol yang lebih banyak dari Manchester United yang duduk di peringkat 3. Dengan catatan itu, Brighton duduk di peringkat ke-6. Tempat yang membuat Brighton pantas untuk dapat tiket eropa.

Sayangnya mimpi di Eropa tidak seindah yang mereka kira. Masuk di Grup B bersama AEK Athens, Marseille, dan Ajax, Brighton kesusahan. Di game week pertama Brighton kalah dengan skor 3-2 dari Athens. Gol yang mereka cetak pun berasal dari hadiah penalti.

Setelah pertandingan, De Zerbi mengatakan meskipun kalah ia masih bangga dengan anak asuhnya. Sebab itu memang pertandingan debut Brighton di kompetisi Eropa sepanjang sejarah mereka. Dan ia menganggap kalau kekalahan itu karena kurangnya pengalaman.

“Saya sangat bangga dengan para pemain, dan dengan performa kami. Bagi kami, ini adalah malam yang bersejarah. Mungkin kami memang belum punya pengalaman. Para pemain yang kami miliki adalah pemain muda dan kami harus membayar akibatnya.”

Kena Mental Saat Lawan Marseille

Kekalahan lawan tim asal Yunani itu jales membuat Brighton kena mental. Dan jika para fans Brighton sudah terpapar ilusi akan sulitnya kompetisi Europa League bagi mereka, maka itu semakin terbukti setelah pertandingan lawan Marseille.

Marseille sangat menguasai jalannya pertandingan kemarin. Sejak menit awal, bahkan sebelum Brighton sempat menyerang, Jason Steele dipaksa beberapa kali menyelamatkan gawang Brighton dari kebobolan.

Marseille akhirnya bisa membobol gawang Brighton saat laga berjalan 19 menit lewat gol dari Chancel Mbemba. Kemudian tak lebih dari dua menit kemudian, gawang Brighton bobol lagi. Kini usaha dari Jordan Veretout yang menggandakan keunggulan tim tuan rumah. Untungnya Brighton masih bisa membalas dua gol lagi di babak kedua.

Itu cukup mengesankan. Mengingat di pertandingan sebelumnya Brighton terpuruk dengan kekalahan 6-1 lawan Aston Villa. De Zerbi patut dapat pujian. Ia bisa memotivasi timnya untuk tidak terpengaruh dengan kekalahan memalukan itu. Ia juga bisa memotivasi para pemainnya agar bangkit di babak kedua.

De Zerbi Akui Timnya Adalah Tim Kecil di Eropa

Seakan tertampar oleh kenyataan, De Zerbi mengaku kalau mereka sedang dalam fase yang tidak baik akhir-akhir ini. Ia menilai kalau masih ada banyak yang harus ia perbaiki dari hasil imbang lawan Marseille ini.

“Saya ingin jujur. Saya tidak berpikir kami bermain bagus. Kami tidak bermain seperti ini musim kemarin, atau bahkan bulan kemarin. Ini adalah periode dimana kami harus bekerja keras. Dalam sepak bola kualitas permainan itu sangat penting.”

De Zerbi kemudian mengaku kalau timnya bukan tim besar. Baginya itu adalah faktor yang penting untuk diingat. Faktor penting lainnya yang perlu diingat, De Zerbi mengatakan kalau atmosfer di Europa league yang asing bagi mereka juga sangat berpengaruh.

“Kami belum jadi tim yang besar, kami adalah tim yang kecil dan klub yang kecil. Kami mencapai kompetisi Eropa dengan bermain bagus, dengan para pemain yang berkualitas. Tapi mungkin juga kami terlalu menderita dengan atmosfer baru di Eropa”

Terakhir, De Zerbi akhirnya mengakui kalau ia bukanlah pelatih besar yang terbiasa dengan kompetisi Eropa. Sebelumnya ia hanya punya pengalaman di Shakhtar Donetsk. Oleh karena itu, ia mengaku perlu adanya adaptasi.

“Saya bukan pelatih besar. Saya tidak terbiasa bermain di pertandingan besar seperti ini juga. Kami perlu beradaptasi dan terbiasa dengan kompetisi seperti ini”

Terlepas dari itu, De Zerbi mengatakan kalau ia sangat bangga dengan para pemainnya. Menurutnya, setelah kekalahan 6-1, kemudian tertinggal dua gol di babak pertama adalah hal yang cukup berat. Jadi ia bangga setidaknya masih bisa dapat satu poin di Eropa.

Dapat Pujian Dari Gattuso

Meskipun tidak bisa dapat poin maksimal, tapi De Zerbi masih dapat pujian dari pelatih Marseille, Gennaro Gattuso. Legenda AC Milan itu berkata kalau ia yakin De Zerbi adalah pelatih yang hebat.

“Dia telah menciptakan tim yang tahu apa yang harus mereka lakukan. Sejujurnya saya yakin Roberto adalah pelatih hebat.”

Perlu diingat, antara Gattuso dan De Zerbi pernah jadi rival dulunya. Mereka pernah terlibat konflik saat sama-sama masih tim Serie C Italia. Tapi Gattuso mengaku sudah melupakan insiden tersebut.

“Orang-orang akan membahas insiden kami di Pisa, tapi itu sudah peristiwa lama. Ada rasa hormat dari saya. Dia melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan para pelatih lainnya di Brighton”

Tekad Kuat Brighton Bisa Selamatkan Mereka di Eropa

Kompetisi Eropa memang jelas lebih sulit dijalani Brighton. Dan mereka sendiri sudah merasakan buktinya. Tapi ada satu hal yang bisa membuat harapan Europa League mereka masih hidup. Yaitu tekad dan karakter yang kuat.

Setelah tertinggal dua gol di babak pertama lawan Marseille, Brighton bisa saja dengan mudah hancur. Mereka bahkan hampir kebobolan gol ketiga. Tapi the seagulls menolak untuk tersingkir. Malah, mereka bermain jauh lebih baik ketika sudah tertinggal dua gol itu.

Brighton juga membuktikan mereka punya kedalaman skuad yang nyata. Pada malam pertandingan di Marseille, para pemain andalan Brighton absen. Mereka adalah James Milner, Adam Lallana, Julio Enciso, Estupinan, dan Jakub Moder. tapi pemain lini kedua Brighton bisa bersinar. Bisa dilihat dari penampilan bagus dari Mahmoud Dahoud dan Tariq Lamptey.

Perpaduan antara tekad dan kedalaman skuad bisa jadi modal utama Brighton di Europa League musim ini. Mereka masih menunggu kemenangan perdana mereka di Eropa. Mungkin itu bisa didapat dari pertandingan selanjutnya. Yaitu lawan tim yang sedang bermasalah, Ajax Amsterdam.

Sumber referensi: Eurosport, Eurosport 2, Vavel, AllFootball

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *